Kedatangan Adrienne disambut dengan baik di Tiberius. Para rakyat yang bersuka cita menyambut kedatangannya berdiri di sepanjang jalan menuju ke gerbang istana, dari balik tirai di dalam kereta kudanya Adrienne mengintip keadaan di luar tanpa berniat menyapa bangsa Tiberius atau pun sekedar melambaikan tangannya.
Di istana Adrienne juga menerima sambutan yang tak kalah ramah. Damon memperkenalkannya kepada seluruh anggota keluarga kerajaan dan juga beberapa orang penting yang membantunya dalam mengurus pemerintahan. Tidak sulit bagi Adrienne untuk menyesuaikan diri sebab dulu dia adalah seorang putri kerajaan Agron yang terdidik. Dia paham semua posisi-posisi penting yang mengisi bangku kerajaan dan dia dapat menjadi lawan bicara yang baik saat membahas masalah politik.
Siang hari itu Adrienne dibiarkan beristirahat di kamarnya. Perjalanan yang panjang membuat Adrienne merasa lelah dan mengantuk sehingga gadis itu terlelap dengan mudah di atas ranjang yang empuk. Adrienne merasa lega karena dia mendapatkan kamarnya sendiri dan tidak berbagi ranjang dengan suaminya, sialan Adrienne tidak mau berada di kamar yang sama di mana Damon akan dengan senang hati meniduri pelayan-pelayannya di depan kedua mata Adrienne.
Pria itu tidak bermoral dan sangat cabul.
Saat malam tiba, jamuan makan diadakan di istana dan dihadiri oleh para anggota keluarga kerajaan. Adrienne menyukai beberapa dari mereka yang sangat baik dan sopan kepadanya, membantah perkataan sebagian anggota keluarga lain yang tidak menyukai Adrienne dan kerap menyindirnya. Tapi Adrienne dapat memaklumi hal itu sebab ia tahu bahwa bangsa Tiberius memang sulit bersikap ramah kepada seseorang yang berasal dari kalangan bangsawan, biar bagaimana pun Adrienne mencoba untuk memahami perasaan mereka.
"Kami merasa senang karena pada akhirnya Damon berhasil menemukanmu" ucap Danae, Paman Damon yang mana adalah penasihat tertua kerajaan Tiberius, "Dia nyaris mengacak-acak seluruh Yunani demi mencarimu, Your Majesty"
Dipanggil dengan gelar kehormatan oleh pria yang bijaksana dan jauh lebih tua membuat Adrienne merasa sungkan, "Paman jika kau tidak keberatan kau bisa memanggilku Adrienne saja"
Danae tersenyum lalu mengangguk kepada istri dari keponakannya.
"Ya, kita tidak perlu menghormati seseorang dari kalangan bangsawan yang sudah cukup memberikan banyak derita untuk kita" celetuk Selene, salah satu anggota keluarga kerajaan yang paling muda.
Danae yang mendengarnya langsung menegur tuan putri yang lancang itu, sementara Damon tampak tenang menyantap makan malamnya seolah-olah dia tidak merasa terganggu.
"Maafkan ketidaknyamanan ini Adrienne abaikan mereka yang berkata buruk mengenai dirimu, kau tidak oerlu khawatir kami menerimamu dengan sepenuh hati di sini" Adreinne lagi-lagi dibuat tersentuh oleh Paman Danae. Di dalam benaknya ia sudah paham bahwa penasihat kerajaan biasanya jauh lebih arif dan bijaksana daripada raja itu sendiri. Adrienne yakin Paman Danae pasti sudah banyak membantu Damon dalam mengambil keputusan menyangkut urusan politik.
"Andaikan saja putriku ada di sini dia pasti akan menjadi teman baikmu" ucap Paman Danae.
Adrienne tersenyum kepadanya, "Oh ya? Di mana sekarang dia berada, Paman?"
"Dia menuntut ilmu di Persia, berguru kepada salah seorang tabib yang cukup terkenal di sana"
Oh, itu sungguh luar biasa. Adrienne selalu kagum apabila mendengar kegigihan seorang wanita dalam menuntut ilmu dan mengejar impiannya.
"Dia pasti sangat cerdas, aku tidak sabar untuk bertemu dengannya"
"Berhentilah bertingkah seolah-olah kau dapat menjadi bagian dari kami, My Lady" orang yang sama kembali berkata ketus kepada Adrienne. Ia tidak mengerti mengapa Selene sangat membencinya, dia masih sangat muda—bahkan, jauh lebih muda daripada Adrienne tapi sayang dia tidak punya tata krama.
"Aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas nama bangsaku apabila kami pernah menyakitimu, My Lady" ucap Adrienne mencoba untuk meredakan amarah gadis muda itu dengan permintaan maafnya. Namun upaya Adrienne tidak berhasil, Selene malah mendengus pelan lalu berkata, "Minta maaf saja tidaklah cukup untuk mengobati luka kami, yang kami inginkan adalah pembalasan dan aku merasa sangat senang setelah mengetahui bahwa seluruh keluargamu telah mati di tangan Damon. Andai dia menghabisimu juga mungkin aku akan merasa semakin gembira!"
Bukan hanya Adrienne, tapi anggota keluarga kerajaan yang lain juga terkejut mendengar kalimat Selene yang sangat jahat. Adrienne sendiri tidak bisa mengelak lagi, kali ini Selene benar-benar telah berhasil menyinggung perasaannya tepat ketika putri Tiberius itu membawa-bawa seluruh keluarga Adrienne yang telah tiada.
Bunyi dentingan sendok dan garpu yang jatuh di piring terdengar begitu kuat seolah-olah memang sengaja dibanting. Seluruh perhatian kini tertuju kepada Damon yang siap meledak mendengar mulut kurang ajar Selene yang tidak lagi bisa ia tolerir.
"Tidak bisakah kau tutup mulutmu itu sebentar saja, Selene?!" bentak Damon. Mata lelaki itu memandangi satu persatu orang yang ada di meja makan terkecuali Adrienne lalu ia berkata, "Ini peringatan yang pertama dan terakhir, siapa pun yang berkata buruk mengenai istriku akan mendapatkan hukuman. Penghinaan terhadap dirinya juga merupakan penghinaan terhadap diriku, kalian dengar itu?!"
"Kau buta Damon, apa yang kau harapkan dengan menikahi bangsawan ini? Di balik wajahnya yang polos dan lugu dia sangat licik dan berbahaya, suatu saat nanti dia akan menusukmu dari belakang!" sahut Selene tanpa rasa takut.
Damon menggeram, lelaki itu bangkit dari duduknya sehingga semua orang yang ada di meja makan melakukan hal yang sama terkecuali Selene. Adrienne yang melihat keributan besar akan terjadi di jamuan makan berusaha untuk menghentikannya. Sambil memegang lengan Damon dia berkata, "My Lord, sudahlah, kita tidak perlu membesar-besarkan masalah kecil seperti ini. Lagi pula aku sudah selesai makan, sebaiknya aku kembali ke kamarku sekarang"
Tanpa menunggu izin dari Damon Adrienne bergegas meninggalkan jamuan makan tersebut. Gadis itu melangkah cepat menuju ke kamarnya karena tak mampu lagi membendung air mata yang ingin tumpah. Sesampainya di kamar Adrienne terisak sejadi-jadinya, melampiaskan perih yang mencekik tenggorokannya dan sesak di dadanya dengan air mata.
Jujur saja Adrienne benci berada di sini, seolah-olah menikah dengan Damon saja belum cukup sekarang ia harus menanggung hinaan dan umpatan terhadap keluarganya yang telah lelaki itu habisi. Adrienne sudah berusaha untuk membuka diri tapi hanya beberapa saja yang bersedia menerimanya di istana yang megah ini.
Andaikan meraka tahu bahwa Adrienne juga merasa tidak sudi untuk tinggal di sini, menjadi bagian dari mereka dan dipimpin oleh pria yang telah menghancurkan hidupnya. Andaikan mereka tahu bahwa setiap jam, menit, bahkan hingga detik Adrienne tidak pernah berhenti menyumpahi Damon. Ya, kebenciannya sebesar itu meski dia terlihat tenang sepanjang waktu. Ketenangan yang sengaja Adrienne tunjukkan sebagai topeng agar misinya menghabisi Damon tidak tercium sama sekali.
Mungkin Selene benar, di balik wajah polosnya Adrienne sangatlah berbahaya. Tapi Adrienne tidak akan pernah bisa melupakan semua yang telah Damon renggut darinya. Mimpi, keluarga, bahkan hingga kekasih tercinta....
Damon akan membayar semua itu dengan darahnya!
— TBC —
Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Hostage (Completed)
RomantizmWarning : Adult and explicit sensual content! Setelah seluruh kerajaan berhasil dikuasai oleh Bangsa Tiberius, Adrienne bersembunyi di dalam Kuil Zeus dan hendak menghabisi dirinya sendiri dengan meminum sebotol racun. Tapi takdir tidak membiarkan A...