◜11◞ Menerima Kenyataan

1.8K 220 106
                                    

"Terkadang, pertemuan dan perpisahan terjadi terlalu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terkadang, pertemuan dan perpisahan terjadi terlalu cepat. Namun kenangan dan perasaan tinggal terlalu lama."

Fiersa Besari

☆☆☆

Waktu adalah obat dari segala luka yang ada, luka karena perpisahan pun hanya membutuhkan waktu agar bisa menerima kenyataan.

Sama halnya dengan lelaki tampan berkaos hitam dan bertopi ini. Ekspresi dulu yang sering ia tunjukkan kepada dunia sekarang lenyap.

Tidak ada lagi sifat harmonis yang menjadi ciri khas dirinya, semua lenyap dimakan waktu.

Lelaki itu menatap jam yang melingkar dipergelangan tangannya, tanpa membuang waktu dia mengenakan helm full facenya dan menjalankan motornya.

Angin pagi begitu dingin, cuaca hari ini sangat mendung. Langit seolah sudah siap menumpahkan air matanya.

"Gerimis? Sial, mana masih jauh." Lelaki itu kian menancapkan gasnya.

Saat melihat lampu yang semula berwarna hijau kini menjadi merah dia menekan rem nya. Gerimis mulai berjatuhan cukup kencang sekarang.

Netra hitamnya terkunci saat menoleh kesamping, jantung nya seolah berhenti berdetak saat itu juga.
Pupil mata lelaki itu bergetar melihat seseorang yang berada tak jauh darinya.

"Saga ...." Dia mencengkram erat stir motornya saat melihat seseorang yang tidak mengenakan helm disana.

"Nggak, gue pasti salah liat," ujarnya dengan suara yang bergetar. Jikapun ini hanya khayalan nya saja tapi ini berhasil membuatnya merindukan seseorang.

Dia menggelengkan kepalanya dan kembali menatap kesana dan detik itu juga air matanya mengalir dari sudut mata tajam itu.

"G-gue nggak salah liat ... Itu Saga." Bibir nya bergetar hebat dengan perasaan yang berkecamuk.

Saat melihat lampu berubah hijau lelaki itu menancapkan gasnya saat melihat motor orang itu juga melaju dengan cepat.

"Kalau emang ini cuman khayalan gue, gue harus pastiin. Jangan mau kehilangan untuk yang kedua kalinya, Arsen."

Air mata Arsen masih terus mengalir, lelaki itu menancapkan gasnya diikuti dengan pandangan kosong kedepan. Jika ini mimpi maka biarkan dia untuk tidak bangun sekarang.

Arsen terus mengikuti orang dihadapannya, walaupun cukup sulit karena sepertinya orang dihadapannya cukup mahir dalam mengemudikan motor.

Lelaki bertato gitar itu menatap kaca spion motornya dan menatap tajam lelaki yang terus mengikuti dirinya.

"Dari tadi, dia ngikutin gue," gumamnya dan menekan gas motornya kencang dengan kecepatan tinggi.

Arsen yang melihat motor dihadapannya sudah menjauh dari dirinya merasa kalang kabut. Dia menekan gasnya walaupun saat ini hujan mulai turun.

SAGLA 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang