◜54◞ DEJAVU

1.2K 149 157
                                    

"Hidup dalam duniaku sama saja seperti ilusi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hidup dalam duniaku sama saja seperti ilusi. Berbagai hal terlihat berwarna, menarik dan kekal namun nyatanya semua hal adalah kelabu. Warna yang indah itu hanyalah ilusi yang kubuat dengan sempurna, sampai orang mungkin tak akan menyadari seberapa kelamnya duniaku."

☆☆☆

Seolah terlempar pada kejadian 2 tahun dimana ditempat ini mereka berkumpul dengan penuh harap. Dan sekarang itu terulang kembali.

"Saya sudah menjelaskan kejadian sebenarnya, saya tidak peduli kalian marah atau tidak. Itu urusan kalian, saya terlalu jengkel mengingat perlakuan kalian pada putra dan putri kalian sendiri," ujar Rian dengan wajah datarnya.

Semua orang terkejut mendengar cerita lelaki itu, ternyata ini semua sudah direncanakan. Gilang dan Rena menundukkan kepalanya penuh penyesalan.

"Maafkan saya nak, saya gagal menjadi seorang istri dan seorang ibu untuk keluarga saya. Saya menyesal." Air mata tak dapat Rena bendung, ia menyesal mentelantarkan anaknya.

Riski menatap Dhita yang memeluk tubuh Syifa sudah tertidur karena menangis sejak tadi. Bisa ia lihat wajah khawatir wanita itu.

"Tante Dhita baik tapi takdir yang nggak baik kepada Saga,"

"Jangan meminta maaf kepada saya, tapi minta maaf kepada putra anda sendiri. Jika saya memiliki hak, mungkin dari dulu setelah Saga sembuh dari penyakit kankernya saya sudah membawa dia jauh. Tapi saya masih memikirkan Om Radit dan Vieera serta kedua sahabat Saga. Mereka baik tapi harus ikut mengalami kesedihan ini karena ulah anda," ujar Riski datar.

Dia tidak berbohong jika saja dulu ia memiliki hak itu mungkin ia tidak akan melakukan rencana untuk penyesalan mereka. Ia tahu betul perlakuan tidak baik Rena pada Saga.

Saat ini keadaan terlihat menegangkan, didepan ruangan ICU mereka semua berkumpul dengan wajah cemas.

Sagara, lelaki tampan itu berdiri tepat didepan pintu ruangan ICU. Jantungnya berdebar takut, takut jika tuhan mengambil Kakaknya.

"Bang, lo harus sembuh. Gue belum minta maaf sama lo, gue pengen lakuin semua hal yang sejak dulu gue impikan," ujarnya lirih.

Tidak ada lagi Galen yang ceria dan dewasa, semuanya pupus sejak 2 tahun lalu. Hanya ada Galen yang penyendiri dan dingin. Hidupnya penuh penyesalan.

Keadaan Gio dan Arsen pun sekarang tidak beda jauh, kedua sahabat itu tengah duduk dengan wajah kekhawatiran yang terlihat jelas. Sedangkan Abi, lelaki tampan itu masih mengusap air matanya yang terus mengalir.

Adiknya didalam sana tengah berjuang untuk bertahan hidup, selama ini dia selalu berperan menjadi sosok seorang Kakak laki-laki yang sangat diimpikan semua orang. Bahkan dia rela menukar dirinya untuk yang terluka agar Gladys baik-baik saja.

Suara langkah kaki dari sana mengalihkan perhatian mereka semua, diujung sana seorang gadis cantik tengah berlari kearah mereka dengan wajah yang penuh air mata.

SAGLA 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang