◜52◞ Yang Sebenarnya

1.3K 168 152
                                    

Pada kenyataannya, aku masih menaruh hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada kenyataannya, aku masih menaruh hati. Meskipun sudah setengah mati di tampar realita dan mimpi-mimpi. Ini bukan tentang dunia tanpa sentuhan nyata saja. Melainkan sudah melibatkan perasaan fatamorgana. Kalau memang salah, biar aku saja yang menikmatinya. Kamu tidak usah.

- Gamaliel Adyatama

☆☆☆

Semua orang tercengan, siapa yang tidak mengenai kedua orang itu. Dia adalah Riski dan Rian, ketua kelas dan wakil ketua kelas kelas 11 IPA 3 saat mereka masih SMA.

Semuanya semakin membingungkan, bagaimana Rian dan Riski berada disini, bagaimana keduanya seolah tahu akan semua ini.

"Maksud lo apa? Ini apa? Pliss otak gue nggak nyampe," ujar Arsen frustasi.

Semua seperti petasan yang meledak berhasil membuat dia kaget, otaknya tidak bisa mencerna semua ini.

Gladys mendongakkan kepalanya menatap Rian, "Abang Alan, maksud ini apa ya? Adek nggak paham,"

Alan a.k.a Rian itu terkekeh kecil, kenapa gadis kecilnya ini begitu menggemaskan.

"Kalau Abang bilang apa yang mereka katakan itu kenyataan nya apa kamu percaya?" Rian mengelus lembut pucuk kepala Gladys.

Gladys menggelengkan kepalanya, bagaimana pun dia tidak akan mempercayai itu. Mereka bukan keluarganya, Papa dan Mamanya hanya satu.

"Gladys nggak percaya, mereka semua bohong,"

Gilang menundukan kepalanya, kedua tanganya terkepal kuat dengan air mata yang ia tahan membuat kedua matanya memerah.

Rasa sakit itu kian melingkupinya, kenapa di masa lalu ia begitu bodoh? Karena ego nya ia kehilangan cinta dan putrinya.

"Maksudnya gimana?" Sarga menggaruk pipinya bingung.

Lelaki yang sering Sarga panggil Abang Pangeran itu menepuk bahu lelaki tampan itu. Pangeran atau Riski mengulas senyum kecilnya.

Tangan lelaki itu terangkat menujuk kearah Radit yang menatap keduanya dengan tatapan sendu.

"Mungkin ini udah saatnya, apapun akhirnya kebenaran akan selalu menemukan jalannya,"

Semua orang menatap Radit, "Dia, Tuan Radit Maheswara adalah ayah kandung kamu bukan Tuan Arya Gautama,"

Deg

Arya menundukkan kepalanya dalam, semua sudah berakhir. Ketakutannya selama ini menjadi kenyataan, putranya tidak akan lagi bersamanya.

Netra tajam Sarga bertemu dengan tatapan sendu Radit, lelaki dengan tato hitam itu mengalihkan pandangannya pada Arya dan Dhita yang saat ini tengah menangis dalam diam.

Sarga berlari kearah Arya dan memegang bahu Ayahnya, "Ayah, beritahu Sarga kalau apa yang Bang Pangeran bilang itu bohong. Ayah nya Sarga cuman Ayah Arya, tolong bilang iya, Yah." Bibir Sarga bergetar menahan air matanya.

SAGLA 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang