Happy Reading...
Johnny keluar dari ruang kerja Doyoung. Ia berjalan dengan lemas, tatapannya kosong dan tampak dari wajahnya ia masih belum percaya dengan semua fakta yang baru saja di ungkapkan oleh Doyoung.
Johnny berjalan perlahan, memegang dinding sebagai tumpuan tubuhnya namun tak lama ia jatuh dan bersandar pada dinding bercat putih tersebut. Tanpa sadar air matanya mulai mengalir, perkataan Doyoung masih berputar di kepalanya.
Flashback on
"Apa.." lirih Johnny. Ia masih belum bisa mempercayai semua fakta ini
"Ya paman, Haechan sudah sangat menderita" ucap Doyoung.
Johnny masih terdiam, terlihat sangat pucat setelah mendengar fakta tersebut. Seketika ia menjadi lemas. Johnny menyandarkan punggung nya pada sandaran kursi yang ia duduki.
"A-apa tidak ada cara untuk menyembuhkan Haechan? Setidaknya satu penyakit nya hilang" ucap Johnny, ia masih berharap bahwa masih ada keajaiban yang akan datang.
"Ada. Operasi transplantasi jantung, operasi ini tidak hanya untuk memperbaiki impuls listrik nya yang rusak tapi juga mengganti jantung nya agar lebih sehat" jelas Doyoung
"Kalau begitu tunggu apa lagi, ayo lakukan transplantasi jantung. Jika tidak ada pendonor maka aku siap menjadi pendonor untuk putra ku" ucap Johnny mulai bersemangat. Tidak apa jika nyawanya sebagai taruhan, setidaknya Haechan akan sembuh.
"Tapi paman, walaupun kita melakukan operasi itu tetap saja tumor di otaknya tidak dapat di sembuhkan. Kalaupun melakukan operasi juga, maka Haechan akan mengalami mati otak dan alat-alat rumah sakit hanya sebagai menunjang hidupnya. Kemungkinan untuk pasien mati otak untuk tersadar sangat kecil paman, kurang dari 0,7% bahkan hampir tidak ada." jelas Doyoung lagi. Jujur sebenarnya ia tidak tega mengatakan ini semua. Tapi ia seorang dokter, sudah seharusnya ia mengatakan semua ini dan juga Doyoung bukan Tuhan, ia hanya di tugaskan untuk menyembuhkan pasien.
"Paman, kemungkinan untuk Haechan bertahan hidup sangat kecil. Ia bisa menyerah kapan saja. Tapi tenang saja paman, aku pasti akan bekerja keras untuk mencari jalan keluar agar Haechan sembuh dan kau bisa memegang kata-kata ku" ucap Doyoung meyakinkan Johnny
"Aku mohon lakukan yang terbaik, aku mengerahkan semuanya padamu"
Flashback off
Sekarang hanya Doyoung dan Tuhan harapan terakhir Johnny. Johnny benar-benar putus asa, ia tidak tahu lagi harus melakukan apa.
Johnny kembali berdiri, ia ingin menemui putranya yang kini sudah di pindahkan ke ruang ICU. Saat sampai Johnny memasuki ruangan itu, dapat ia lihat banyak sekali alat yang menempel pada tubuh putranya ntah alat apa itu dan apa kegunaannya Johnny tidak tahu. Yang Johnny ketahui bahwa alat itu sebagai alat bantu untuk menunjang kehidupan Haechan.
Johnny memandang putra satu-satunya yang terbaring lemah, matanya tertutup rapat, bibir yang kering dan sangat pucat. Keadaan Haechan benar-benar sangat menyedihkan. Johnny mengelus rambut Haechan yang mulai rontok, bahkan beberapa helai tersangkut di tangan besar Johnny, hatinya kembali terasa sakit seperti di tikam ratusan belati dari berbagai arah. Johnny mendudukkan dirinya pada kursi tepat di sebelas ranjang Haechan. Ia menggenggam tangan putranya yang terasa dingin.
"Haechan-ah.." panggil Johnny, berharap bahwa Haechan mendengar panggilan dirinya
"Maafkan ayah.. Ayah terlalu sibuk sampai mengabaikan dirimu yang menahan sakit. Ayah terlalu sibuk menuntut mu agar terlihat sempurna, ayah terlalu sibuk sampai tidak melihat bagaimana usaha mu agar mendapat satu pujian dari ayah" ucap Johnny. Air matanya kembali mengalir, dadanya terasa sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT 〖MarkHyuck〗✔
Fanfiction[TAMAT] Perfect, a word that never seemed to be directed at me. But, I'm also part of the world right? Then why is it like the perfect word that never existed, happiness never comes? "I'm not perfect.." -Haechan " No you're perfect for me" -Mark w...