"Abang mau pergi." Ujar lelaki berlesung pipi itu.Wajahnya tak henti menunjukkan raut kekecewaan. Namanya Gajendra, lelaki yang sekarang tengah memperagakan gerakan aneh seperti kayang dan salto.
"Nah, ayan. Abang ayan, mending sholat taubat." Ujar Damanta, selaku yang lebih tua.
"Kok kalian ga takut abang beneran pergi? Abang bisa bener-bener pergi, lho!"
Damanta menggelengkan kepalanya, tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki otak adiknya yang nampaknya mulai dari error ini.
"Dek, dia kenapa sih? Kok malah berasa dia yang bungsu." Dama menoleh ke arah Gata yang terlihat memegang dadanya dengan tidak nyaman.
"Dek, heh! Kenapa?"
Jendra yang mendengar itu langsung kembali ke mode seriusnya. Tatapan dan sikapnya berubah drastis.
Gata terlihat kepayahan barangkali hanya meraup sedikit udara saja. Dapat dia lihat dengan jelas raut kekhawatiran kedua kakaknya, yang pastinya amat dia benci.
"Dek, kamu skip minum obat lagi? Kan abang sama mas udah wanti-wanti, jangan sampe lewat. Liat sendiri nih kan, kejadian."
Gata menggeleng, "Ga, aku ga lupa. Cuma ini tiba-tiba sesak aja, nanti juga hilang. Aku ga pa-pa, kok."
"Mas, ga pa-pa, jangan telpon dokter, takut ngerepotin." Ujar Gata yang nampaknya sudah sedikit lebih baik.
Dama mengurungkan niatnya untuk menelpon dokter, kemudian berjalan kearah adiknya yang berada dipangkuan Jendra.
"Penyakit adek ngeselin ya, suka ngagetin——mas ga suka."
Dama mengelus dada Gata dengan lembut. Sesekali memarahi penyakit adiknya, entahlah, Gata juga heran dibuatnya.
Gata terkekeh, "Jadi ini abang beneran mau kabur dari rumah?"
Jendra melirik adiknya sebentar. Tatapan adiknya itu penuh goda, dan tentu saja jangan lupakan nada bicaranya.
"Ga! Abang ga jadi."
Dama menoyor kepala Jendra, membuat empunya melemparkan tatapan mematikan.
"Makanya ga usah sok ganteng! Ngeliat masnya mesra sama adek sendiri cemburu! Dasar brother complex!"
Jendra mendelik, "Mas tuh ga sadar atau gimana? Secara ga langsung mas juga sama aja, dasar brother complex!"
Dama yang tidak terima kembali menggebuk Jendra, hak itu juga dilakukan Jendra pada Dama. Akhirnya baku hantam tidak terelakkan. Gata?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gata dan Asa [✓]
General Fiction"Maaf..." Sekali lagi Gata mendengar suara di seberang sana gemetar, mata mereka pasti berlinang. Kedua kakaknya menangis, dan itu karena dirinya- -yang semakin mempertanyakan alasan dia dilahirkan ke dunia. "Setiap malam, angin-angin itu seolah b...