"Jadi gimana perkembangan band-nya anak-anakku yang ganteng?"Kalimat itu sontak membuat keempat pemuda dengan seragam khas SMA-nya itu melengos. Ini adalah pertanyaan yang sangat amat tidak diharapkan oleh mereka berempat.
"Heh! Kok diem aja? Kalian sariawan semua? Agata radang atau gimana? Aduh, kalian nyanyi semua kan ya? Terus kalo radang gimana mau nyanyinya? Besok udah show loh." Ujar Kepala sekolah yang tidak lain adalah Luna Diandra-ibu dari Chandra.
"Ma~ kita gak kenapa-kenapa, mama gak perlu khawatir begitu. Lagian kita diem ini bukan karena radang, tapi karena takut." Ucap Chandra sembari memencet-mencet tangan Gata yang ada disampingnya.
Luna mengernyit, tidak biasanya-pikirnya.
Biasanya keempat anak ini begitu bersemangat, apalagi anaknya Chandra-kadang Luna saja sempat berpikir memanggil ustadz, takut kesurupan sangking hyper nya.
"Gini Bu, kita nih takut. Takut kalau besok performance kita gak sesuai sama kemauan atau ekspektasi ibu, dan teman-teman lainnya." Ujar Jyan pasrah-tumben sekali Jyan pasrah begini.
"Apaan sih? Kenapa kalian pesimis sampe kayak ayam sayur begini? Lagian saya kan jual tampang kalian bukan bakat. Kalo kalian berbakat ya syukur. Gini ya, mau kalian cuma berdiri di atas panggung juga, pasti tuh gadis-gadis pada ambyar liat kalian." Ujar Luna sembari menyeruput es teh manis yang tadi dibelikan oleh Chandra, nitip sekalian dari kantin katanya.
Ucapan enteng itu sontak membuat keempatnya membolakan kedua mata mereka. Bisa-bisanya, tampang mereka diperjual belikan.
"Astaga ibu! Jadi ibu selama ini pakai kita berempat untuk transaksi duit ibu? Ibu cari penghasilan? Memangnya nafkah yang dikasih sama Pak Jose kurang? Chan, Bu Luna ada utang atau gimana? Siapa tau kita bisa bantu." Ujar Jendral serius.
Chandra terkekeh geli.
Sudah bisa dipastikan kepala Jendral akan benjol sebentar lagi. Tidak tahu saja, ibunya itu setengah maung.
"Agata? Kamu gak mau kasih tau ibu?" Tanya Luna setelah merasa puas memukul kepala Jendral dengan buku.
Gata tersadar dari lamunannya. "Eh, iya Bu?"
Luna menggeleng, "Kamu dari tadi pikirannya kemana aja? Perasaan tadi saya udah ngomong rumus luas persegi panjang. Ngelamunin apa ganteng?"
"Ah, itu. Enggak kok Bu, kalo saya sih ga takut, soalnya saya cuma nyanyi doang, ehe." Jawab Gata sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Bohong nih, kamu mikirin apa sih Kama?"
Sumpah, rasanya sekarang Gata ingin mengambil garpu lalu menusukkannya ke mata Chandra yang sedang bertingkah imut didepannya.
Chandra mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan wajah Gata. Tentu saja hal itu mendapat penolakan dari Jyan dan Jendral.
Plak
KAMU SEDANG MEMBACA
Gata dan Asa [✓]
Fiksi Umum"Maaf..." Sekali lagi Gata mendengar suara di seberang sana gemetar, mata mereka pasti berlinang. Kedua kakaknya menangis, dan itu karena dirinya- -yang semakin mempertanyakan alasan dia dilahirkan ke dunia. "Setiap malam, angin-angin itu seolah b...