"Dek, hey! Dek, bangun!"
Gadis itu terlihat celingukan mencari pertolongan. Anak didepannya benar-benar sudah tidak sadarkan diri. Apa-apaan senyumannya tadi? Sudah tahu mau pingsan malah sempat-sempatnya tersenyum.
"Pak! Pak tolongin! Ini ada anak kecil pingsan, tolong bantuin bawa ke rumah saya!" Teriak gadis itu sambil masih berusaha membopong pemuda yang katanya anak kecil tadi.
Beruntung pengendara mobil yang melintas bersedia membantu.
Sekarang gadis itu sudah sampai dirumahnya. Ditatapnya wajah pemuda didepannya.
Pucat.
Hanya satu kata yang terlintas dibenaknya. Kenapa anak sekecil ini masih berkeliaran diluar dalam kondisi tidak baik seperti ini.
"Eunghh..."
Atensi gadis itu sepenuhnya tertuju kepada pemuda didepannya.
"Dek?"
Gata mengerjapkan matanya pelan. Matanya belum terbiasa dengan suasana di sana. Saat matanya mulai terbiasa, ditangkapnya sosok perempuan cantik—ah, sepertinya dia yang menolong Gata tadi.
"Ini diminum dulu, saya udah buatin teh anget." Ujar gadis itu sambil tersenyum hangat.
Cantik.
Tidak-tidak. Gata menggeleng-gelengkan kepalanya. Jantungnya berdetak dengan tidak semestinya. Ayolah! Penyakit Gata hanya asma, bukan jantung.
Diambilnya gelas yang tadi diberikan padanya. Diam-diam Gata melirik kearah gadis yang nampaknya sedang mengeringkan rambutnya itu. Rambut hitam panjang terindah yang pernah Gata lihat.
Tanpa sadar Gata bergumam. Cukup keras sampai-sampai gadis itu menatap kearahnya bingung.
"Rambut bunda juga kayak gitu."
"Hah?"
Gata terkesiap. Dirinya langsung menggelengkan kepala, "Enggak, maaf. Aku cuma ngomong sendiri tadi."
Gadis itu tersenyum lalu berjalan mendekat kearah ranjang yang ditempati Gata.
Sial, jantung Gata makin tidak karuan.
"Nih, pake! Rambut kamu basah, nanti bisa demam." Gadis itu mengeringkan rambut Gata dengan handuk yang dipakainya tadi.
"Eh?" Gata membeo.
Gadis itu tersenyum, "Kamu gak nyaman? Maaf deh, ini pake sendiri aja kalo gitu."
Gata menahan tangan gadis didepannya, "Nama kamu siapa?"
Gata meringis, kenapa malah tanya nama? Tidak tahulah! Gata juga tidak tahu dia kenapa.
"Nama aku Dayita, kayaknya kamu masih kecil ya? Panggil kakak Dayi aja kalo gitu." Gadis yang disapa Dayi itu tersenyum ramah kepada Gata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gata dan Asa [✓]
General Fiction"Maaf..." Sekali lagi Gata mendengar suara di seberang sana gemetar, mata mereka pasti berlinang. Kedua kakaknya menangis, dan itu karena dirinya- -yang semakin mempertanyakan alasan dia dilahirkan ke dunia. "Setiap malam, angin-angin itu seolah b...