Selesai Juga [18]

1.9K 284 85
                                    

Plakk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plakk

"Jaga mulut lo ya jalang sialan!"

Dama dan Jendra langsung melongo melihat kejadian didepannya. Kejadian itu begitu cepat, mereka saja baru sadar kalau wanita yang dimintai tolong tadi masih berada disana.

"Berani-beraninya, cewek urakan kayak lo nampar gua!!" Siska berniat melayangkan pukulan kepada Dayita.

Tapi usahanya gagal, malah sekarang dia jatuh dengan tidak etis, dengan lutut yang mengeluarkan darah.

"Lo gak berhak ngomong jelek tentang Gata, semua ini gara-gara lo, lo sadar gak sih? Kayaknya enggak ya? Otak lo kan kopong."

Siska menggertakan giginya, lengkap dengan wajahnya yang memerah.

Dayita menatap Jendra dan Dama yang masih terkesima dengan apa yang barusan dirinya lakukan.

"Cewek ini bohong kalau dia didorong sama Gata. Gata cerita ke saya, dan kalian dengan bodohnya percaya tanpa mau dengar cerita adik kalian sendiri."

"Malam dimana kalian biarin dia pergi sendirian waktu hujat lebat, saya nemuin dia tergeletak dengan bibir biru dan wajahnya yang lebam. Jangan lupakan kaki dia yang berdarah, parahnya lagi kaca itu masih nusuk kakinya. Kalian bisa bayangin betapa sakit dan rapuhnya adik kalian waktu itu?"

Dama mengusap wajahnya kasar, sesekali menjambak rambutnya kesal.

"Kamu siapa?" Kali ini Jendra bertanya.

Jendra hanya tidak habis pikir, kenapa orang ini tahu tentang apa yang dialami Gata waktu itu.

"Adik kalian tinggal sama saya. Asal kalian tau, tadi dia langsung lari buat cari kalian, dia gemetar waktu dengar kalian kecelakaan."

"Intinya saya cuma mau bilang, kalian harus sadar. Adik kalian gak mungkin ngelakuin hal yang kalian liat waktu itu. Lagian kalian bisa nilai sendiri kan? Kalian tinggal pilih, percaya sama cewek jalang ini atau adik kandung kalian sendiri."

"Maaf... Maafin mas, dek."

Dayita tersenyum kala menyadari, kedua kakak Gata mungkin sudah bisa percaya. Tatapannya kembali dia layangkan kepada wanita yang masih bersimpuh dengan lutut yang berdarah. Jangan lupakan tangisnya yang terlihat sengaja disedih-sedihkan kalau kata Dayita.

"Lo gak usah pura-pura lagi deh. Kedok lo udah kebuka semua, gak ada guna lo mau nangis-nangis gak jelas kayak gini. Daripada nambah polusi suara mending pergi. Gua sih malu."

Wajah Siska merah padam, dia bangkit lalu merangkul tangan Dama yang terbebas. Dama juga tidak sempat mengelak karena tidak menduga, Siska dengan tidak tahu malunya masih saja bersikukuh tidak bersalah.

"Dama, kamu gak mau belain aku? Cewek kurang ajar ini udah buat lutut aku berdarah. Lagian semua yang dia bilang itu bohong, jelas-jelas adik kamu dorong aku sampai kepala aku——AKH!"

Gata dan Asa [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang