Hari ini hari senin. Hari pertama Gata, untuk masuk ke sekolah barunya. Sebenarnya mungkin akan terasa canggung, karena ini sudah tahun kedua. Pasti teman-temannya nanti sudah banyak yang dekat satu sama lain, sedangkan Gata--baru mau bersosialisasi.
Ditengah pemikirannya yang kemana-mana, bibirnya spontan bertanya,
"Yang nganterin Gata ke sekolah siapa?"
Dua orang yang berada tidak jauh darinya itu langsung memusatkan atensi mereka.
"Sama mas Dama. Kemarin udah ngomong perasaan." Ujar pria dengan lesung pipi manis itu santai, sembari memasukkan suapan nasi ke mulutnya.
"Perasaan mulu perasaan. Abang ga ada ngomong, mas Dama emang bisa?" Remaja bernama Gata itu memutar bola matanya malas dan memilih bertanya lagi pada orang yang dipanggilnya 'mas' itu.
Tidak ada jawaban, orang bernama Dama itu masih fokus dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas meja makan.
"Mas... Adeknya ngajak ngomong, dijawab dong!"
"Eh, iya!"
Dengan sedikit gelagapan, lelaki tampan dengan kacamata itu langsung menoleh kearah adik bungsunya yang mulai memelototinya.
"Iya adek, maaf. Mas Dama terlalu fokus liat berkas. Nanya apa tadi?" Ucapnya lembut penuh bujuk.
Gata masih melengos.
Kebiasaan.
"Mas yang nganter Gata, atau dianter sama supir?" Ujarnya penuh penekanan, masih emosi.
"Oh, ya mas lah! Kan udah janji, kalo adek mau masuk sekolah mas yang anter tiap hari."
Senyumnya mengembang. Gata yang melihat juga jadi ikut-ikutan tersenyum.
Sial, padahal baru saja ingin merajuk.
"Hm, yaudah. Anterin yuk, udah jam berapa ini? Gata kan anak baru, masa telat masuk hari pertama."
"Iya, mas beresin ini bentar." Dama langsung bangkit dan memasukkan semua berkas itu kedalam tas kantornya. Sebelum benar-benar pergi, tidak lupa dia menitipkan wejangan kepada adiknya yang satu lagi.
"Jendra, nanti inget. Jangan lupa makan, jangan lupa kunci kamar. Kalo kamu baik, masak makan malam."
Yang diberi wejangan hanya bisa tertawa hambar.
"Iya mas, iya. Emang kapan sih, Jendra ga masak makan? Tiap hari perasaan gantian sama mas terus. Yaudah, hati-hati ya mas. Adek juga belajar yang bener, nyari temen yang bener, kalo jahat bilang Abang sama mas, biar dipukul."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gata dan Asa [✓]
Fiksi Umum"Maaf..." Sekali lagi Gata mendengar suara di seberang sana gemetar, mata mereka pasti berlinang. Kedua kakaknya menangis, dan itu karena dirinya- -yang semakin mempertanyakan alasan dia dilahirkan ke dunia. "Setiap malam, angin-angin itu seolah b...