Terhitung dua jam sudah Jyan dan Jendral kewalahan menghadapi Chandra yang tidak tenang juga. Setelah dapat telpon dari Gata, mereka bertiga yang awalnya sedang nongkrong di cafe ala anak kekinian itu langsung panik bukan kepalang. Apalagi ternyata teman kesayangan mereka itu sudah tiga hari yang lalu masuk rumah sakit.
Ingin langsung menjenguk niatnya, namun urung setelah perkataan mutlak dari Gata. "Jangan kesini, gua belum boleh dijenguk, suruh istirahat total." Katanya begitu.
Akhirnya ketiganya menghentikan sesi nongkrong gantengnya, dan memilih untuk berkumpul di rumah Chandra yang kebetulan sedang kosong, untuk satu Minggu kedepannya.
"Chan, udahlah, lo mau sampai kapan nangis begini?" Ucap Jendral yang malah semakin membuat Chandra menangis sesenggukan.
Chandra menggelengkan kepalanya, "gak bisa, gua gak bisa. Kenapa harus Gata coba? Orang seimut, segemesin dia kenapa harus ngelewatin semua ini?"
Jyan yang sedari tadi hanya menyimak, memijat kepalanya, kemudian menghisap rokoknya dengan dalam. Hal itu tidak luput dari perhatian Jendral, yang sekarang malah menggebuk punggung Jyan keras.
BUGH
"Biasa aja ngisepnya bisa gak?! Ngebul asep lu anjing!"
Jyan menghela napasnya, untung saja dia sudah lumayan profesional, kalau tidak bisa-bisa dirinya mati tersedak asap rokoknya sendiri. Kan tidak lucu teman-teman.
"Huwee, gua takut Tuhan ambil Gata, gua gak mau, gak bisa!"
Kali ini giliran Jendral yang menghela napasnya. Chandra mode begini, rasanya lebih baik ngurus bayi sekalian, pikirnya. "Udahan anjir, lo mau sampai kapan? Lagian lo nangis darah juga, tuh penyakit gak bisa langsung sembuh."
Yah, Jendral, malah disulut.
"HUWAAAAA!!!"
BUGH BUGH BUGH
(ceritanya mukul berkali-kali ya teman-teman)"Nana goblok, malah doain yang jelek! Benci gua sama lo! Putus ajalah kita, sampe disini aja!" Omel Chandra sembari memukul-mukul Jendral yang nampaknya sedikit kesakitan.
"Apasih! Ih—heuk ..."
Yah, kalau begini mah, Jyan pasrah deh.
"HUWAA GATAAAA!"
"KOK LO DIKASIH COBAAN BEGINI SIH, HUWAAA!"
Duh, makin pusing saja rasanya kepala Jyan.
Ini dua-duanya malah menangis sambil berpelukan. Jyan yang tidak tahu harus apa lagi, jadi ikut memeluk keduanya. Mengusap punggung adik dan temannya itu guna memenangkan. "Udahan lagi weh, gak kasian apa kalian sama gua? Kalau kalian berdua nangis begini nanti yang nenangin siapa kalau gua yang nangis?"
Seketika hening melanda.
Hening.
Masih hening.
"Kok diem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gata dan Asa [✓]
General Fiction"Maaf..." Sekali lagi Gata mendengar suara di seberang sana gemetar, mata mereka pasti berlinang. Kedua kakaknya menangis, dan itu karena dirinya- -yang semakin mempertanyakan alasan dia dilahirkan ke dunia. "Setiap malam, angin-angin itu seolah b...