Ada angin apa? [04]

2.4K 346 42
                                    

Dalam kamus hidup Jendral, tidak pernah ada yang namanya canggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam kamus hidup Jendral, tidak pernah ada yang namanya canggung.

Pasalnya, Jendral itu orang yang mudah bergaul dan punya banyak teman. Dirinya yang seperti itu, tentu mudah mencairkan suasana. Walaupun terkenal kenakalannya, Jendral tidak akan pernah mengganggu kalau dirinya tidak diganggu.

Tapi saat ini, untuk pertama kali dalam hidupnya-seorang Narakha Jendral memahami apa arti canggung sesungguhnya.

Sumpah, Jendral rasanya ingin menangis. Ternyata rasanya setidak enak ini.

Terhitung sudah tiga hari sejak pertama kali Jendral melontarkan kalimat spontan itu, sungguh Jendral hanya spontan mengatakannya.

Nahasnya, Gata malah duduk disampingnya. Jendral sempat ingin menolak, tetapi memang hanya kursi disampingnya saja yang kosong.

Jendral menatap Gata yang sekarang sedang menikmati cakwe yang dia bawa dari kantin tadi. Ingin rasanya Jendral mengajaknya berbicara, tapi Jendral benar-benar merasa canggung sekarang. Dirinya dilanda dilema untuk pertama kalinya, hanya untuk berbicara kepada manusia lainnya.

Gata yang memang sedari tadi merasa diperhatikan mulai jengah juga. "Apaan sih? Mau ngomong apa?"

Mata coklat Jendral kembali menunjukkan binarnya. Jendral langsung mendekatkan kursinya, memangkas jarak yang ada. "Gata ga marah?"

"Apa sih?!" Gata yang memang sedang kepedasan ditambah lagi tingkah aneh dari teman yang bertemu dengannya tiga hari ini, membuatnya emosi.

Jendral menyunggingkan senyumnya. Dipegangnya tangan Gata erat, yang tentu membuat orang didepannya itu kaget.

"Jadi lo ga marah ya? Alhamdulillah. Gua kira lo marah gara-gara gua tanya hal yang menyinggung, gua ga enak sama lo-heubb."

"Lo banyak omong, gua kepedesan mending lo diem." Gata menjejalkan roti yang ada didalam kotak bekalnya.

"Lagian siapa yang marah, lo ga salah apa-apa. Gua mah emang kalo ga diajak ngomong ya ga ngomong. Gua bukan Chandra yang bisa mulai pembicaraan."

"Ahh, makasih banget ya, lo ga marah. Gua jadi canggung banget sama lo asli. Rotinya enak, makasih."

Gata hanya menggelengkan kepalanya sembari menyipitkan matanya. Iya, dia takut keselek kalau sambil tertawa.

Setelah pertanyaan Jendral waktu itu, jujur saja Gata juga jadi ikut kepikiran. Benar juga, kenapa dia lebih ingin dipanggil Gata ketimbang yang lain.

Kalo Agata kayak cewek ga si?

Gata menggelengkan kepalanya beberapa kali. Iya, seperti perempuan. Lebih bagus Gata, terserah artinya apa juga.

Gata dan Asa [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang