Selamat membaca...
*******
Sepulang dari Rumah sakit Riska melihat Zico yang sedang berdiri didekat pintu apartemen nya, sesekali dia melihat jam yang melingkar di tangan kiri nya. Riska tau Zico sedang menunggu nya, tapi dia masih bersembunyi dibalik tembok dan memperhatikan Zico. Riska bisa melihat dengan jelas kantung mata Zico, dia terlihat sangat lelah dengan wajah pucat. Apa dia sedang sakit?
"ngapain disini?" tanya Riska sambil menghampiri Zico.
"nungguin lo" jawab Zico sambil tersenyum kearah Riska.
"lebih baik lo pulang"
"gue gak mau pulang" Riska menghela nafas panjang. Dia tak tau apa yang harus dia lakukan sekarang, apa Riska harus membiarkan Zico berdiri didepan apartemen nya sepanjang malam? Jelas tidak mungkin.
"terserah lo" jawab Riska sambil membuka pintu apartemen nya.
"boleh numpang ke toilet?" tanya Zico. Riska terdiam dan menoleh kearah Zico, sepertinya dia tidak berbohong.
"boleh"
Riska masuk kedalam apartemen di ikuti Zico dibelakang nya. Riska menunjuk pintu berwarna putih, memberi tau Zico jika toilet nya ada disana. Zico mengangguk dan bergegas masuk ke dalam toilet. Riska berjalan menuju dapur dan mengambil sebotol air dari kulkas dan meneguk nya, rasanya sangat segar.
Tak berselang lama Riska mendengar pintu terbuka menandakan Zico sudah keluar dari toilet nya. Riska berjalan keluar dari dapur untuk menemui Zico dan berbicara dengan nya tentang masalah mereka. Namun Riska melihat Zico yang semakin pucat sedang bersandar didekat pintu toilet."lo kenapa?" tanya Riska sambil menghampiri Zico.
"gue gapapa" jawab Zico dengan suara lemah. Sial!! Zico membenci dirinya yang terlihat lemah saat ini.
Riska mengulurkan tangan nya untuk menyentuh dahi Zico, seperti nya Zico demam. Suhu tubuh nya meningkat, Riska segera membantu Zico untuk berbaring dikamar. Untung nya apartemen ini memiliki dua kamar, jadi Riska bisa membawa Zico ke kamar tamu.
"gue gapapa Ris" ucap Zico saat dia baru duduk diatas kasur.
"badan lo panas. Mending lo tidur, gue ambil kompresan dulu" jawab Riska sambil bergegas keluar untuk mengambil wadah berisi air dan handuk kecil.
Saat kembali Riska segera mengompres Zico, diam-diam Zico tersenyum senang melihat perlakuan Riska kepada nya. Ini pertanda jika Riska masih peduli dan sayang dengan nya.
"lo udah makan?" tanya Riska. Zico terdiam dia mengingat apa diri nya sudah makan atau belum, dan jawabannya belum. Zico ingat jika tadi pagi hanya segelas susu yang mengisi perut nya setelah itu dia tidak makan apa-apa lagi.
"gak usah bohong, jawab yang jujur!!" peringat Riska.
"belum" jawab Zico dengan cepat, dia tak mau berbohong lagi. Kebohongan hanya akan menyakiti nya lagi.
Setelah Zico menjawab pertanyaan nya, Riska berjalan keluar kamar dan menuju dapur untuk membuat makanan. Zico harus makan dan minum obat. Harus!!
Ditengah kesibukan nya memotong sayur Riska teringat Zico. Apa Zico sakit karna nya? Rasa bersalah semakin memenuhi hati nya. Jika sampai Zico kenapa-napa Riska tak akan memaafkan dirinya sendiri.Tak sampai lima belas menit Riska kembali ke kamar dengan semangkuk sup ayam, sepiring nasi dan segelas air putih. Riska melihat Zico yang menatap kearah nya, sorot mata Zico benar-benar menunjukkan jika dia sedang bahagia.
"makan dulu, habis itu minum obat" ucap Riska sambil duduk dikursi dekat tempat tidur.
"suapin gue ya.." jawab Zico penuh harap. Riska terdiam sebentar dan mengangguk sebagai jawaban.