"Hooaamm.." Frans berulangkali menguap.
Sudah lebih dari dua jam dirinya duduk di pos ronda mengawasi sebuah rumah. Frans dan Wendy sedang ditugaskan oleh Rio untuk mencari informasi tentang orang tua yang mirip dengan Pak Broto, setelah mendapat informasi dari Pak RT. Frans tidak bisa menolak, karena selain Joni, memang hanya dia yang pernah bertemu dengan orang tua itu. Sedang Wendy, dipilih karena anak itu seperti sudah biasa dijadikan tumbal bagi misi Rio.
Frans yang awalnya merasa jadi keren bak Intel dadakan, kini mengalami kejenuhan. Sementara Wendy justru nampak santai, bahkan sudah menghabiskan lima bungkus besar, kacang kulit dengan sebotol besar minuman softdrink hasil sogokan dari Wahyu. Dalam benak Frans, Wendy ini mudah sekali disogok makanan tanpa memikirkan konsekuensinya.
"Mas, kita ini ngapain sih?" Ucap Frans bosan.
"Ngawasi rumah, kan disuruh gitu."
"Rumahnya kan tidak pindah kemana mana. Dari tadi tetap disana toh.."
"Wes, nggak usah protes! Yang penting perintah Yono dah kita laksanakan." Kata Wendy cuek, membuka bungkus kacang keenamnya.
"Ngantuk, Mas. Mana udah mau Maghrib ini--eh, tunggu.. ada yang keluar. Sepertinya itu orangnya!"
"Mana mana mana?--Itu kah?"
"Iyo..Ayo, Mas, kita buntuti!"
"Sabar bentar, bawa makanan dulu, masih banyak ini.."
"Nanti keburu hilang orangnya, Mas!"
"Ilang apanya! Orang cuma naik sepeda ontel Kita pake motor! Masa nggak kekejar!" Wendy hanya mendengus.
Merekapun mengikuti kemana orang tua itu pergi, yang lebih banyak diisi dengan keluhan Frans karena berasa konyol membuntuti sepeda ontel dengan sepeda motornya yang berulang kali berhenti hanya untuk menjaga jarak aman. Sementara Wendy lebih merasa kesal karena jalan yang dilewati adalah jalan setapak yang merupakan jalan tebusan melewati area persawahan. Dalam pikirannya, sudah pasti Rio, pemilik motornya tidak akan diam saja jika mengetahui motornya kotor penuh lumpur. Siapa lagi yang disuruh mencuci motornya jika bukan dirinya.
"Mas, ini jalannya kok kayak kenal ya?"
"Yo jelas kenal, orang ini jalan ke arah kost-an kita!" Wendy sewot memutar bola matanya.
"Woiya, ehehe--ngapain itu orang berhenti dikuburan?"
"Mbuh, ra ngerti. Awasi saja." Wendy yang juga penakut tentu saja tak akan berani berkomentar banyak.
"Kita ikut masuk nggak, Mas?"
"Masuk gundulmu! Nanti ketahuan.."
"Takut ketahuan, apa takut masuk kuburan, Mas?"
Wendy berdecak, "emangnya kamu berani?"
"Hehe.. enggak sih.."
"SOMPRET, dah diem aja disini!"
Tak lama berselang, orang tua itu sudah keluar dari pemakaman.
Saat orang tua itu melewati rumah Pak Broto, dia sempat berhenti beberapa saat, dan menoleh sambil terlihat berbicara sendiri, namun tak lama kemudian berlalu pergi.
"Mas, ngapain masih diikutin? Orangnya mau pulang itu! Sudah gelap lho!" Frans yang bertanya heran.
"Ssttt.. kamu nggak liat apa, tadi abis keluar dari kuburan, dia bawa dua kantong plastik, padahal pas masuknya cuma bawa satu kantong. Mencurigakan!"
"Ah, mungkin abis nyolong mangga.."
"Geblek.. emangnya kamu! Lagian sejak kapan ada pohon mangga dikuburan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi 'Timur'
غموض / إثارةTimur, Barat, Utara, Selatan. Semua saling berkaitan, meskipun berjalan saling menjauh. Jika bumi itu bulat, berjalan ke arah Barat sejauh apapun tetap akan bertemu dengan arah yang sebelumnya kita anggap Timur, dan sebaliknya. Semua ada untuk salin...