6 ▪️ Sabar..

17 8 0
                                    


Merekapun segera menuju ke ruang tengah, sudah ada Pak Broto duduk bersila ditemani Celia disampingnya. Rio sampai terpana hingga hampir lupa bernapas. Celia tampil sangat anggun sore ini. Kecantikannya sebelas dua belas mirip artis favoritnya  Natasha Wilona.

Bincang Akhir Pekan, biasanya diisi obrolan berbagai macam hal selama sepekan terakhir yang dirasakan para penghuni kost. Biasanya salah seorang akan mengisi tema obrolan yang setiap minggunya digilir, sementara Pak Broto akan mendengar cerita mereka dan sesekali memberi masukan, bahkan petuah-petuah, selayaknya orang tua pada umumnya.

Minggu ini yang dapat giliran adalah Kirai. Dia berasal dari Padang, Sumatra Barat, bekerja sebagai karyawan Bank Syariah. Maka tidak mengherankan jika Kirai selalu berpenampilan memakai kerudung. Selain dia, di kost BTI hanya Tisya yang juga berkerudung.

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh.."

"..wa'alaikumsalam warohmatullahi wa barokatuh.."

"Sa Kristen, tak jawab tak apa kan?" tanya Kristin polos.

"Iya nggak papa. Ssttt.. diem dulu, belum waktunya ngomong!" bisik Ningsih menatap Kristin.

"Selamat sore semuanya, perkenalkan namaku Kirai Hayati--"

"--sudah kenal kakak.."

"Bungsu!" Ningsih mulai melotot.

"Iya, Teh Ningsih."

"Ba.."

".. yam."

"Di.."

"..am." Kristin langsung bungkam seketika.

"Pinter.. lanjut Rai!"

Kirai kemudian melanjutkan,
"Tak terasa, sudah hampir satu setengah tahun disini. Banyak suka duka yang didapatkan. Meskipun merantau jauh dari keluarga, tetap bisa ditutupi oleh sambutan hangat kekeluargaan dari kalian semua. Terimakasih untuk Bapak, Celia, dan teman teman semuanya yang sudah mau menerimaku apa adanya ini.." Sejenak Kirai mengambil jeda.

".."

"Meskipun demikian, rasa kangen sama keluarga di kampung halaman terkadang sulit ditutupi. Bagaimana pun juga, sebagai jiwa muda yang jauh dari keluarga, terkadang memang tak bisa lepas dari kelabilan diri. Rasa lelah karena pekerjaan, jenuh dan kebosanan sering melanda.."

".."

"Seringkali aku juga curhat ke teman-teman, terutama Teh Ningsih, dan lebih sering diminta untuk bersabar saja. Menurut Bapak, definisi sabar yang tepat itu yang bagaimana sih? Aku rasa cukup itu dulu, terimakasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh."

".. wa'alaikumsalam warohmatullahi wa barokatuh.

Semua pandangan mata kini tertuju ke Pak Broto.

"Ehem, ehem.. selamat sore anak anakku.." Pak Broto mulai bersuara.

"Sore, Bapak.."

"Bentar ya.." Pak Broto mulai menggeser duduknya, diambilnya nafas dalam-dalam, kemudian diangkat pantat sebelah kanan sedikit hingga terdengar suara..

"TUUTTTT..!! Ah, sudah bisa dimulai." Ucap Pak Broto tanpa merasa bersalah, meskipun wibawanya seolah anjlok.

Sontak hampir semua penghuni kost mengambil posisi menutup hidung, meskipun sebenarnya tak ada bau menyengat, serta dalam pose mengelakkan kepala kebelakang bak menghindari. Menurut Rio, jika Pak Broto sedang seperti itu, beliau sedang mengambil tenaga dalamnya, meskipun dalam konteks bercanda.

Anak-anak BTI sudah terbiasa dengan tingkah konyol Pak Broto yang satu ini. Kecuali Kristin yang baru pertama kali menyaksikannya dan justru malah berseru penuh semangat.

Elegi 'Timur'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang