» 𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 4 «

1K 178 69
                                        

Sinar matahari bersinar terang untuk menyambut hari, masuk tanpa permisi ke dalam kamar untuk membangunkan orang yang masih tidur.

Hirugami merenggangkan tangannya ke samping dan menguap. Baru beberapa menit kemudian, pria itu terbangun dan menoleh ke sampingnya, tempat dimana (Name) tidur semalam.

Nihil.

Tidak ada istrinya disana.

"Ooh, tidak ada– HAH?! ISTRIKU MANA?!"

Hirugami langsung bangun, tidak peduli pada rambutnya yang berantakan khas bangun tidur ataupun mulutnya yang bau setelah melewati mimpi yang begitu indah.

Tanpa menunggu apapun, Hirugami langsung turun dari tempat tidurnya dan berlari ke lantai bawah, siapa tahu istrinya ada disana.

"(Name)!"

"Duh berisik!"

Shouko, Kakak perempuan Hirugami itu berteriak kesal ketika Adiknya baru muncul sambil memanggil nama (Name). Sementara itu, Hirugami hanya menggerutu kesal ke arah Shouko.

"Ada apa?"

Hirugami menoleh ke arah dapur. Matanya membulat dan wajahnya memerah, melihat (Name) sedang menyiapkan sarapan bersama Ibunya di dapur. Apalagi dengan celemek berwarna cokelat muda yang dipakai istrinya itu, bisa-bisanya Hirugami salah tingkah terus.

Merasa tidak dijawab, (Name) hanya menghela nafas dan kembali membantu Ibu mertuanya untuk menyiapkan sarapan.

Sudah lama juga bagi (Name) 'tak merasakan momen bersama sosok 'Ibu'. Terakhir kali dia bersama Ibunya, sekitar Empat belas tahun yang lalu, beberapa hari sebelum Ibunya meninggal dunia.

"(Name)?"

(Name) tersentak kaget saat Hirugami mengusap air mata yang menetes, wajahnya tampak khawatir. Begitu juga Shouko dan Ibunya yang kaget karena (Name) tiba-tiba menangis.

"Ada apa?" tanya Hirugami dengan lembut.

Saat menatap wajah Hirugami, (Name) lagi-lagi teringat dengan wajah 'orang itu', yang membuatnya langsung mengalihkan wajahnya. Seolah enggan untuk menatap wajah khawatir Hirugami.

"Tidak, tidak apa-apa ...," jawab (Name).

Tangannya menyingkirkan tangan Hirugami dari wajahnya dengan pelan, karena sedang di depan keluarga besar juga. Bahaya kalau dia bersikap tidak sopan, jadi harus menahan diri.

Kalau sedang berdua sih, (Name) pasti akan langsung berlari meninggalkan Hirugami sendirian. Karena masih merasa takut dan juga kesal pada pria itu.

"(Name)-Chan, ada apa, Nak?" tanya Ibu Hirugami sambil mengusap pelan kedua pipi (Name).

"Aku tidak apa-apa, Bu. Tenang saja," jawab (Name) sambil menunjukkan sebuah senyuman tipis.

Jantung Hirugami berdetak lebih cepat dari biasanya saat melihat (Name) tersenyum tipis. Wajahnya semakin memerah tapi juga dia masih khawatir kenapa (Name) tiba-tiba menangis seperti itu, apalagi dia seperti menghindarinya.

'Manisnya!' batin Hirugami berteriak.

.

.

.

.

.

(Name) mengusap pelan buku yang dia pegang. Wanita cantik itu menghela nafas dan memasukkan beberapa buku yang akan dia bawa ke rumah barunya ke dalam kardus, sesekali dia menatap buku itu sebentar.

30 Days • Hirugami Sachiro X Reader •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang