Bunga anyelir, ya, itu yang dia perlukan 'tuk mengungkapkan rasa dalam hati.
Bunga yang menjadi perlambang cinta dan kasih sayang, meski perasaannya belum sedalam itu pada gadis yang ada di pikirannya. Tidak ada salahnya mencoba, bukan?
.
.
.
Esok hari yang dinanti telah tiba.
Gadis yang selama ini memenuhi pikirannya datang ke taman sekolah, sesuai yang Sachiro pinta dalam surat.
Wajah datar yang menawan. Baik itu tatapan matanya yang tajam, ataupun rambut indah yang tertiup angin lembut. Hanya adegan sederhana yang sering ditulis dalam novel oleh tangan penulis, tapi mampu membuat degupan jantung lebih kencang dari yang seharusnya.
Sachiro sempat tersipu, dia tersenyum kecil. (Name) hanya menatapnya tanpa ekspresi apapun, tapi laki-laki itu tahu, gadis di hadapannya seolah bertanya ada urusan apa.
"Ah, begini. Namaku Hirugami Sachiro."
(Name) masih diam, 'tak tertarik mengatakan sepatah katapun.
Helaan nafas kecil terdengar, Sachiro mencoba menenangkan debaran dalam dada.
Dia menyodorkan sebuket bunga anyelir yang sedari tadi disembunyikan di balik tubuhnya, memberikannya pada (Name) di tengah angin lembut dengan daun-daun berguguran dan di tengah nyanyian burung-burung kecil.
Bunga anyelir yang menjadi lambang perasaan dalam dada. Beberapa tangkai bunga yang menjadi perwakilan dalam apa yang dia rasakan dalam hatinya, mengungkapkan semuanya pada Sang Kasih.
"(Surname)-San, aku menyukaimu! Tolong terima aku!"
Perasaan t'lah diungkap, di tengah suasana bak novel romantis. Namun reaksi tak selalu seperti yang di harapkan.
Ekspresi tersipu yang Sachiro bayangkan, tidak ada. Netranya menangkap tangan Sang Gadis yang gemetar akibat pernyataannya. Kesedihan, kemarahan, juga ketakutan bercampur menjadi satu. Kalimat yang diharapkan keluar, tidak ada sama sekali.
"Maaf."
Sederhana, bukan?
Sebuah kata sederhana, yang bisa menyakitkan pada suasana tertentu.
Gadis pujaannya yang langsung berbalik, meninggalkannya sendirian dengan sebuket bunga anyelir yang bahkan tak diterima sama sekali.
Tak mengetahui usahanya untuk menyiapkan diri selama seminggu untuk mengungkapkan perasaan. Sachiro berdiri di tempatnya, tak bergerak sedikitpun, tak mengatakan sepatah katapun. Dia hanya diam disana.
Penolakan.
Dia menghela nafasnya, menatap sebuket bunga anyelir yang ada di tangannya.
Hatinya sudah memilih gadis itu, dia menginginkannya.
"Aku ditolak."
Maaf, kata yang singkat, tapi memilki beragam makna.
.
.
.
.
Satu penolakan 'tak membuatnya berhenti.
Lagi.
Lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days • Hirugami Sachiro X Reader •
FanfictionTiga puluh hari. Bukan waktu yang sebentar, juga bukan waktu yang lama. Dalam sebulan apa yang bisa terjadi? Begitu juga dengan kisahku dengannya, Tiga puluh hari, bagaimana kisah satu bulan kami? Dengannya, Hirugami Sachirou ....
