"Eh ... mmm ... h-hai?"
(Name) hanya menatap datar Hirugami yang berdiri kaku di depan pintu, tampak sekali laki-laki di depannya ini sedang gugup dan kelihatan takut.
Di tangannya ada kantung plastik yang entah apa isinya, mungkin makanan.
"Masuklah."
Hirugami ingin bersorak gembira saat mendengar suara lembut (Name) lagi, setelah berhari-hari tidak bertemu dan tidak bertukar kabar dengan istrinya, akhirnya bisa mendengar suara itu lagi. Kalau bisa dia ingin loncat-loncat sekarang, tapi tidak. Nanti image kerennya hancur.
Dengan wajah sumringah dan senyum yang 'tak bisa ditahan, Hirugami mengikuti (Name) masuk ke dalam rumah. Hanya dengan gerakan mata (Name) menyuruh Hirugami duduk di sofa, tentu saja langsung dituruti pria berambut cokelat itu.
"Minum?"
"Apa saja boleh."
Mengangguk satu kali sebelum pergi ke dapur, Hirugami hanya tersenyum kecut memandangi punggung (Name). Padahal sebelumya Hirugami merasa kalau (Name) hampir terbuka padanya, sekarang menjauh lagi.
Kalau bukan karena (Name), dia tidak akan mau bertahan sampai sejauh ini. Karena perempuan yang dicintanya itu dia meyakinkan dirinya kalau dia bisa, semuanya karena (Name).
"Ini."
Wangi teh matcha menyeruak, ah senangnya dihidangkan minuman oleh istri. Dulu dia harus menyeduhnya sendiri, apalagi kedua kakaknya sering meminta teh seduhannya.
"Terima kasih!"
Selagi Hirugami mencicipi teh berwarna hijau itu, (Name) duduk di sofa yang bersebrangan dengan Hirugami. Menatap lantai dingin, ingin menanyakan sesuatu pada Hirugami.
"Itu ...."
Hirugami menghentikan kegiatannya mencicipi teh saat mendengar (Name) bicara, cangkir teh langsung diletakkan. Kedua mata menatap (Name) dengan pandangan bertanya, begitu juga dengan kedua telinga yang siap mendengarkan.
(Name) kelihatan bimbang saat akan bertanya, oh sepertinya ini akan menjadi pembicaraan serius.
"Aku ingin bertanya sesuatu."
"Boleh, aku jawab semampuku," jawab Hirugami senang.
Dalam hati berharap (Name) akan bertanya banyak hal meski kemungkinannya kecil, 'kan lumayan waktu kebersamaan mereka semakin banyak. Hei, memangnya siapa yang tidak suka berdekatan dengan orang yang dicintai? Kalaupun ada pasti hanya orang aneh.
Di satu sisi lain Hirugami merasa was-was, firasatnya berkata kalau (Name) akan menanyakan sesuatu yang sensitif. Misalnya seperti---
"Kupikir kau sudah tahu beberapa hal tentangku dari Kak Uriel, apa aku benar?"
---nah 'kan.
Benar dugaannya.
Hirugami menatap ke arah lain, jari-jarinya bergerak gelisah. Bingung ingin menjawab seperti apa lantaran pertanyaan itu sudah pasti jawabannya 'iya', Uriel adalah sumber 'informasi tentang (Name)' dulu saat dia sedang gencar-gencar mengajak (Name) kencan.
"Jawab saja, apapun jawabannya aku tidak akan marah," sambung (Name) sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa empuk.
Menelan ludahnya dan menatap (Name). "Maaf, itu benar."
"Sudah kuduga."
Menghela nafas, (Name) menatap Hirugami serius. Sekilas, ada tatapan sedih di dalamnya.
"Seberapa jauh yang kau tahu?"
"Setidaknya cukup untuk mengenalmu lebih dari teman, kurasa."
"Kalau begitu ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days • Hirugami Sachiro X Reader •
FanfictionTiga puluh hari. Bukan waktu yang sebentar, juga bukan waktu yang lama. Dalam sebulan apa yang bisa terjadi? Begitu juga dengan kisahku dengannya, Tiga puluh hari, bagaimana kisah satu bulan kami? Dengannya, Hirugami Sachirou ....