» 𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 9 «

909 165 21
                                        

"(Name)! Sayangku! Manisku! Adikku tercinta!"

"Kakak berisik."

"Hei, itu sambutan seorang Adik untuk Kakaknya yang rela turun ke bawah?"

(Name) memutar matanya mendengar perkataan Kakaknya. Uriel merangkul (Name) dengan akrab dan membawa Adiknya itu ke tempat berkumpul para fotografer yang direkrut, ada rapat kecil untuk persiapan dan pemotretan.

Wajahnya memang datar, tapi sebenarnya (Name) sangat bersemangat. Baru kali ini dia datang langsung ke kantor Uriel, sebelum-sebelumnya hanya pernah melihat dari foto. Ternyata setelah dilihat secara langsung gedungnya sangat indah dengan tanaman yang sengaja ditanam di gerbang depan. Halamannya sangat bersih dan para pegawai terlihat sangat rapi.

Sebenarnya Uriel pernah menawari (Name) untuk bekerja di perusahaan tempatnya bekerja, tapi (Name) menolak karena ingin fokus jadi fotografer.

"Nah tempat kumpulnya disini. Kamu bisa mengobrol dulu, tenang kebanyakan perempuan kok!" ucap Uriel yang menepuk-nepuk kedua bahu (Name).

Setelah memberi beberapa arahan kepada Adiknya, Uriel berbicara dengan orang yang dipercaya untuk menjadi ketua tim. Barulah setelah itu dia melambaikan tangannya pada (Name) dan masuk kembali ke dalam gedung, setumpuk pekerjaan sudah menunggu untuk diselesaikan.

Memilih untuk duduk di salah satu kursi dekat pohon, (Name) mengeluarkan ponselnya dan mengecek media sosialnya dengan wajah bosan.

Hari ini dia tidak membawa kamera kesayangannya karena memang hanya rapat kecil, tidak ada pemotretan apapun hari ini.

Tatapannya hanya fokus pada ponsel, sampai 'tak menyadari kalau beberapa pegawai pria yang keluar gedung memperhatikannya. Wajahnya begitu cantik dan teduh, apalagi tatapan mata tegas yang (Name) punya menambah nilai plus bagi laki-laki yang menaruh atensi mereka pada perempuan yang sebenarnya sudah menikah itu.

"Ooohh~ ternyata kau direkrut?"

Mengenali suara menjengkelkan ini, (Name) sedikit mendongakkan kepalanya untuk menatap siapa yang tengah mengajaknya berbicara.

Melihat wajah sombong pria itu saja sudah membuat (Name) muak.

"Bagaimana? Apa kau kesulitan mencari uang setelah menolakku waktu itu?" ucapnya meremehkan. Hiro—laki-laki yang pernah menyatakan perasaannya pada (Name) dan cukup percaya diri untuk diterima.

"Apa yang kau mau?" tanya (Name) to the point. Dia benar-benar 'tak suka pada pria di depannya ini.

"Kau tentu saja. Aku masih menerimamu loh kalau kau mau," ucap Hiro lagi sambil memandang rendah (Name).

Merasa kesal, (Name) sebenarnya ingin menghajar laki-laki di hadapannya. Tapi niatnya dia urungkan saat melihat tanda pengenal yang digunakan Hiro—dia pegawai di perusahaan yang sama dengan Uriel.

Entah hanya sebagai karyawan biasa atau jabatannya lebih tinggi dari Uriel.

"Para fotografer, dimohon untuk berkumpul!"

(Name) menoleh ke arah ketua tim dan langsung berdiri, hendak menghampiri gerombolan para fotografer tapi Hiro menghadangnya.

"Kuberi waktu satu minggu, pertimbangan baik-baik ya gadis kecil."

"Minggir, aku 'tak butuh pria sombong sepertimu," tegas (Name) yang menendang tulang kering Hiro dengan kencang dan langsung berlari kecil ke arah para fotografer.

Hiro langsung berjongkok sambil mengaduh kesakitan saat tulang kering kakinya ditendang kencang. Matanya menatap (Name) dengan tatapan kesal.

"Awas kau wanita sialan ...."

30 Days • Hirugami Sachiro X Reader •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang