Tiga puluh hari.
Bukan waktu yang sebentar, juga bukan waktu yang lama. Dalam sebulan apa yang bisa terjadi? Begitu juga dengan kisahku dengannya, Tiga puluh hari, bagaimana kisah satu bulan kami?
Dengannya, Hirugami Sachirou ....
"Untuk hal seperti pendekatan, kalian lakukan saja setelah menikah."
(Name) menatap Kakaknya dengan tatapan terkejut, juga meminta penjelasan kenapa tiba-tiba dia dijodohkan dengan laki-laki yang bahkan tidak dia sukai.
Tapi Kakaknya bahkan tidak mau berbicara, dan malah mengalihkan pandangannya.
Dia merasa dikhianati.
Maka dari itu (Name) langsung berlari menuju kamarnya dan membanting pintunya. Padahal dia sudah bilang kalau tidak ingin menikah, tapi Kakaknya tidak mau mendengarkan ucapannya itu.
Terlebih lagi, rambut Hirugami berwarna cokelat, persis seperti orang yang hampir memperkosanya saat SMP.
.
.
.
.
.
"Mmmhh ...."
(Name) mengusap kedua matanya, rasanya enggan sekali untuk bangun. Bahkan jika itu hanya sekedar duduk.
Dengan tubuh yang masih lemas, (Name) menoleh ke sampingnya. Mendapati rak buku yang sudah terisi dengan buku-buku miliknya, dan buku-buku lain yang tidak dia ketahui. Di dekat rak juga ada meja dengan dua kursi, ketika menoleh ke arah lain pun, dia bisa melihat lemari baju yang jelas bukan lemari lama miliknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini rumah barunya, dan sekarang dia sedang tidur di tempat tidur yang sudah rapi entah sejak kapan.
Setelah lima menit diam sambil berbaring telentang, (Name) beranjak dari tempat tidurnya, setidaknya dia harus membantu merapikan rumah karena sekarang dia sudah jadi seorang istri.
Meskipun dia tidak menyukai Hirugami dan sedikit membencinya, dia tetap harus membantunya dan memenuhi kebutuhannya, karena dia istrinya.
(Name) membuka pintu dan menoleh ke kanan, ada tangga ke lantai bawah. Tanpa bicara apapun dan dengan wajah datar, (Name) menuruni tangga.
Jiwa-jiwa prefeksionisnya muncul ketika melihat beberapa barang yang masih belum tersusun rapi di ruang tamu, tapi dia juga tidak mau menyalahkan Hirugami karena barang-barangnya belum rapi.
Lelaki yang merupakan suaminya itu terlihat kelelahan dan sedang beristirahat di sofa. Keringat dan nafas beratnya sudah bisa membuat (Name) mengerti kalau Hirugami kehabisan tenaga karena membereskan rumah, meski baru sebagian sih.
Inisiatif, (Name) menuju dapur tanpa sepengetahuan Hirugami dan membuat kopi. Bahkan sampai kopinya selesai juga, Hirugami masih belum sadar kalau istrinya sudah bangun.
Setelah mengambil beberapa cemilan ringan, (Name) membawa nampan berisi kopi dan cemilan ringan yang dia ambil tadi, meletakkan di atas meja.