» 𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 20 «

478 66 8
                                        

Hirugami tampak memikirkan banyak hal 3 hari belakangan ini. (Name) sendiri sampai bingung apa yang dipikirkan Hirugami, sampai-sampai sebegitu seriusnya. Pasalnya, pria berambut cokelat bergelombang itu sering salah mengambil gelas saat ingin makan, kadang-kadang dia juga lupa membuka tutup pulpen saat hendak menulis.

Mencurigakan.

(Name) menarik ujung baju Hirugami saat pria itu hendak pergi ke kamar untuk berganti pakaian sepulang kerja, Hirugami reflek menoleh dan tersenyum kecil.

"Ada apa?"

(Name) mengerutkan dahinya, dia menatap Hirugami lekat-lekat. Membuat Hirugami agak gugup, karena belum pernah ditatap seperti itu oleh (Name).

"Ah, (Name), ada a—"

"Kau menyembunyikan sesuatu."

"A-apa?" Hirugami mengangkat alisnya.

"Kamu, menyembunyikan sesuatu."

Hirugami akhirnya menunduk. (Name) masih menatapnya, menunggu jawaban dari Hirugami. Sampai akhirnya (Name) mencoba menerapkan trik dari drama yang dia tonton, karena menurutnya ini langkah yang bagus kalau ingin saling memahami dengan Hirugami.

(Name) mengambil tangan Hirugami dan menggenggamnya, merasakan tangan besar dan tangan di tangannya yang lebih kecil.

"Apa yang kamu pikirkan, tolong beritahu padaku."

Hirugami tercekat mendengarnya. Kedua pipinya memerah, dia tertawa kecil.

"(Name), kalau mau mencoba membujuk seperti itu, coba katakan sambil tersenyum."

"Oh begitu?"

"Sudahlah."

Hirugami menghela nafas, dia duduk di sofa, meminta (Name) duduk di sebelahnya. (Name) langsung duduk di sebelah Hirugami, meski tidak terlalu dekat, tapi jaraknya cukup untuk mendengar Hirugami berbicara.

Hening beberapa saat, sebelum Hirugami mulai berbicara.

"Ini tentang Rei...."

Dia berhenti bicara sesaat untuk melihat reaksi (Name).

Baru mendengar nama itu, (Name) langsung membulatkan matanya. Sekujur tubuhnya terasa merinding saat ini, ada perasaan ganjal yang tidak enak dia rasakan. Dia refleks mengalihkan pandangannya, hal itu membuat Hirugami agak menunduk.

Dia sudah tahu kalau topik ini sangat sensitif untuk (Name). Dia tidak ingin melanjutkannya, kalau itu membuat (Name) merasa tidak nyaman.

"(Name), kalau kamu merasa tidak nyaman—"

"Tidak. Apa yang mau kamu bicarakan tentang dia?"

(Name) ingin tahu. Rei, yang dulunya dia anggap sebagai sosok kakak, muncul lagi di kehidupannya. Apa yang dia inginkan, jelas (Name) ingin tahu. Kalau orang itu ingin macam-macam, tentu dia dan Hirugami takkan tinggal diam.

Tapi dia ingin mendengarnya dari Hirugami, apa yang Rei inginkan.

Hirugami mengangguk kecil.

"Sepertinya dia sudah mencari tahu tentang kita. Dia... berpapasan denganku beberapa hari lalu, dan...."

(Name) harap ini tak seperti yang dia pikirkan.

"Dia ingin berbicara dengan kita, bertiga."

Sayang sekali, sangat sesuai dengan yang (Name) pikirkan.

Melihat ekspresi (Name) yang menyiratkan ketakutan, Hirugami menggenggam tangan (Name). Ingin membuatnya nyaman, tidak ingin membuatnya takut dan tidak nyaman.

30 Days • Hirugami Sachiro X Reader •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang