» 𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 8 «

927 165 53
                                        

"Serius?"

"Apa wajahku kelihatan sedang bercanda?"

"Tidak sih ...."

Hirugami menghela nafas, mengacak rambutnya frustasi. Dia pikir kalau curhat ke seniornya, dia akan dapat solusi. Justru seniornya malah mengira dia bercanda, yang benar saja ....

"Pendekatan ke istri ya ... hhmm ...."

Seniornya tampak berpikir, beberapa wanita suka hal sederhana namun berkesan, dan ada yang suka hal-hal mewah.

"Beri dia cokelat?"

"(Name) suka sakit gigi kalau makan cokelat."

"Beri dia hal yang berkaitan dengan pekerjaannya?"

"Kamera? Kakaknya baru saja membelikannya kamera model baru sebagai hadiah pernikahan."

"Waduh, susah juga ya ...."

Karena bingung, seniornya menepuk pundak Hirugami dan memberi jempol.

"Semangat ya, wanita memang sulit dimengerti. Aku ada pasien, sampai jumpa!"

"Eh tunggu!"

Belum sempat Hirugami menahannya, seniornya sudah keluar dan menutup pintu ruangan Hirugami.

"Haaah ...."

Menggelengkan kepalanya pelan, Hirugami memilih kembali duduk di kursinya, menulis laporan pasien yang baru saja dia periksa selagi belum ada pasien baru.

Saat menulis, pikirannya terus tertuju pada (Name). Memikirkan cara yang tepat agar dia bisa dekat dengan istrinya tanpa membuatnya mengingat trauma, sulit memang.

Apalagi (Name) trauma pada laki-laki berambut cokelat, seperti Hirugami. Dia memang sudah tahu garis besar masa lalu (Name), tapi tidak tahu detailnya seperti apa. Uriel tidak pernah mau menceritakannya, katanya biar (Name) sendiri yang menceritakannya.

Hirugami sudah tahu kalau (Name) adalah korban pemerkosaan, tapi dia tidak diberitahukan siapa pelakunya.

"Biar (Name) sendiri yang bilang padamu, itu lebih baik."

Itu yang Uriel katakan padanya saat dia tanya siapa orang yang tega memperkosa (Name). Hirugami paham dan mengiyakan.

Kesampingkan hal itu, akibat pemerkosaan itu juga Hirugami kena imbasnya. Dia kesulitan saat mendekati (Name), bahkan dia pernah berpikir untuk mengubah warna rambutnya saja. Untung saja itu tidak jadi dia lakukan.

"Apa yang harus kuberikan ya ...?"

.

.

.

.

.

(Name) memakai jaket dan sepatu miliknya, dia ingin keluar sebentar karena ada buku yang ingin dia beli. Fotografer yang dia idolakan merilis buku baru tentang pengalaman tentang fotografi dan bekerja di berbagai macam tempat bahkan negara, sebagai sesama fotografer, tentu (Name) ingin membaca buku itu.

Dia sudah izin dan bilang pada Hirugami kalau dia akan pergi ke toko buku sebentar, bahkan dia sudah bilang akan pergi ke toko buku mana.

Dengan santai, (Name) berjalan-jalan di trotoar yang cukup ramai. Wajar, karena sekarang mendekati jam pulang kantor, jadi ada banyak orang di trotoar.

Pohon-pohon yang daunnya berguguran menambah kesan indah jalan yang dilalui oleh (Name), seandainya hidupnya juga seindah ini.

Wajahnya tampak senang saat sudah melihat toko buku yang dia tuju, tanpa basa-basi apapun lagi (Name) langsung berlari kecil dan memasuki toko buku. Ah, harum buku baru dan suasana tenang adalah kesukaannya. Rasanya dia rela kalau harus berlama-lama disini, rasanya seperti surga dunia kecil.

30 Days • Hirugami Sachiro X Reader •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang