(Name) membuka matanya perlahan. Yang pertama dia lihat adalah langit-langit kamar lamanya, ini kamarnya di rumah Ayahnya.
Bukan kamar di rumahnya bersama Hirugami.
Ah Hirugami.
Kalau diingat-ingat, sudah empat hari (Name) menginap di rumah Ayahnya. Sudah empat hari juga dia tidak bertemu dengan Hirugami, rasanya dia masih belum siap bertemu.
Ingatan kejadian saat SMP terus menghantui mimpinya setiap malam akhir-akhir ini. Tubuhnya akan gemetar dengan sendirinya saat mengingat bagaimana wajah mesum Rai dan tangannya yang menggerayangi tubuh (Name) waktu itu.
(Name) menggelengkan kepalanya, turun dari tempat tidurnya dan menuju dapur. Ingin menyiapkan sarapan untuk Ayah dan Kakaknya yang sudah pasti belum bangun jam empat pagi ini.
Kebiasaan, kalau ada mimpi buruk (Name) pasti bangun jam empat dan tidak bisa tidur lagi.
"Masak apa ya?" gumamnya saat membuka kulkas setelah mencuci muka.
Di rumah ini hanya ada tiga orang. Dia, Kakaknya, dan Ayahnya.
Hirugami sudah pulang sendiri ke rumah, merasa tidak enak jika menginap terus-menerus di rumah mertuanya. Dia juga ingin memberi (Name) waktu untuk menenangkan diri.
Hampir diperkosa sudah pasti membuatnya ingat akan trauma masa lalu.
Jadi Hirugami tidak mau memperparah keadaan istrinya dengan memaksa (Name) pulang.
"(Name)? Sudah bangun?"
Kepalanya menoleh, mendapati Sang Kakak sudah bangun. Dengan wajah bantal dan rambut acak-acakan, Uriel menguap dan menggaruk perutnya lalu duduk di meja makan.
Bukannya mencuci muka, Uriel malah merebahkan kepalanya di atas meja. Kembali mendengkur.
"Kakak bangun, cepat mandi lalu sarapan."
(Name) mengeluarkan beberapa bahan makanan, kari sepertinya tidak buruk. Sudah lama dia tidak masak kari.
Saat memotong bahan makanan, pikirannya tertuju pada Hirugami. Hhmm, apa dia sudah bangun? Apa dia sudah makan?
Dia tidak akan menyangkal kalau dia memikirkan Hirugami, bagaimanapun laki-laki itu suaminya. Sudah seharusnya dia memikirkannya.
"Kak."
"Ngeh?"
"Bagaimana kabarnya?"
Uriel diam sebentar, lalu ber-'oh' panjang saat tahu siapa yang dimaksud oleh Adiknya itu. Hirugami ya?
"Baik-baik saja," ucap Uriel dengan kepala yang masih di atas meja.
(Name) diam saja mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Uriel. Tidak menjawab dengan kata-kata ataupun sekedar anggukan kepalanya, hanya diam sambil mulai memasak kari setelah memotong semua bahan.
"Dia ... tidak kesini lagi?" tanya (Name) lagi.
Uriel mengatakan tidak sambil menggelengkan kepalanya, meski (Name) tidak akan melihat gelengan kepalanya.
"Oh ...."
Kuharap dia baik-baik saja.
Aku merasa bersalah padanya ....
.
.
.
.
.
Hari sudah siang, matahari sudah di atas kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days • Hirugami Sachiro X Reader •
ФанфикшнTiga puluh hari. Bukan waktu yang sebentar, juga bukan waktu yang lama. Dalam sebulan apa yang bisa terjadi? Begitu juga dengan kisahku dengannya, Tiga puluh hari, bagaimana kisah satu bulan kami? Dengannya, Hirugami Sachirou ....
