» 𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 6 «

1.1K 180 16
                                        

Hirugami perlahan membuka kedua matanya ketika merasa setengah tubuhnya terasa berat entah karena apa.

Tangannya bergerak memindahkan sesuatu yang menimpa setengah badannya ke arah samping, dengan maksud agar dia bisa tidur nyenyak tanpa terganggu.

"Mmmhh ...."

Matanya terbuka lebar-lebar. Dengan mata yang masih mengantuk, dia menoleh ke samping. Merutuki dirinya sendiri ketika tahu apa yang baru saja dia pindahkan dari tubuhnya.

"Sial, menolak rejeki jadinya aku," gumamnya menyesal.

(Name) membalikkan badannya, berpindah posisi di dalam mimpi indahnya. Padahal tadinya dia yang menimpa setengah badan Hirugami tanpa sadar, sekarang Hirugami menyesal sudah memindahkannya.

Hirugami duduk dan bersandar di punggung ranjang, menatap lekat-lekat istrinya yang masih terlelap dalam mimpi.

Bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis, hatinya terasa hangat, juga jantungnya yang berdetak kencang saat tidur di sebelah wanita impiannya sejak lama.

Tangannya bergerak untuk mengusap pucuk kepala (Name). Rambutnya terasa lembut, membuat Hirugami betah berlama-lama di posisinya sekarang. Inginnya sih begitu, tapi rasa kantuknya sama sekali tidak bisa diajak kompromi, mau tidak mau dia harus melanjutkan tidurnya.

Sebelum merebahkan tubuhnya lagi, Hirugami membalikkan badan (Name) dengan perlahan, kembali menghadap ke arahnya.

"Nngghh ...."

Refleks Hirugami mengangkat kedua tangannya saat mendengar suara lenguhan yang keluar dari mulut (Name). Jelas dia tidak ingin mengganggu acara tidur (Name).

Setelah dirasa aman, Hirugami berbaring dan memeluk (Name) dengan erat. Rasanya hangat, dia benar-benar tidak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum lebar.

'Akhirnya~!' batin Hirugami senang.

Hirugami mengecup dahi (Name) pelan-pelan dan membenamkan hidungnya di pucuk kepala istrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hirugami mengecup dahi (Name) pelan-pelan dan membenamkan hidungnya di pucuk kepala istrinya. Tampaknya Hirugami mulai kecanduan wangi shampo (Name), bahkan sesekali dia mencium pucuk kepala (Name) dengan penuh kasih sayang.

'Jam berapa ya?'

Menyudahi aksi ciumnya, tangan kekarnya meraih ponsel di nakas sebelah tempat tidur dan menyalakannya.

Jam dua pagi, masih ada waktu untuk tidur sebentar lagi, pikir Hirugami.

Ponselnya kembali dia taruh, tangannya kembali memeluk erat (Name) seolah enggan untuk melepaskan. Sekali lagi, dia mencium dahi, pipi dan hidung (Name), membisikkan kata-kata dengan nada lembut.

"Mimpi indah, sayangku ...."

.

.

.

.

.

30 Days • Hirugami Sachiro X Reader •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang