Dua hari setelah rapat perkenalan para fotografer sudah terlewati.
Semuanya tampak normal-normal saja, tidak ada masalah kecuali (Name) yang masih jaga jarak dari Hirugami, tentu saja.
Sekarang, para fotografer sedang berkumpul lagi di sebuah kedai minum. Katanya sih untuk saling mengakrabkan diri sebelum bekerja serius untuk pemotretan, alasan yang cukup masuk akal.
Awalnya (Name) menolak, tapi bujukan dari beberapa teman barunya membuatnya luluh. Yah, satu atau dua jam saja tidak masalah bukan? Lagipula ini hanya minum-minum biasa, kalau ada apa-apa dia bisa langsung melawan atau setidaknya melapor ke pihak berwenang.
"Hirugami-San, kenapa tidak makan makanannya?" tanya salah satu fotografer laki-laki yang duduk di dekatnya.
Wajahnya cukup manis, sehingga (Name) berpikir laki-laki ini lebih muda darinya padahal mereka seumuran. Fisik memang bisa menipu ya ....
"Aku tidak lapar. Makan saja kalau mau ...," jawab (Name) dengan suara kecil. Diam-diam sedikit menjauh dari laki-laki itu, takut jika dia berbuat sesuatu.
(Name) hanya diam sambil meminum jus anggur miliknya. Dia tidak mau minum bir karena tidak kuat, dan juga dia takut kalau mabuk. Siapa juga yang mau mengantarnya pulang kalau dia mabuk?
Mendengarkan percakapan orang lain sambil sesekali menanggapi, tidak buruk juga. (Name) sebenarnya senang dengan momen ini, rasanya seperti punya teman sungguhan padahal mereka hanya sekedar rekan kerja.
"Aku tambah jus anggurnya," ucap (Name) kepada pelayan.
Jus anggur di kedai ini sangat enak, (Name) akui itu. Karena itu dia berani mengeluarkan uang lebih untuk meminum minuman lezat itu lagi, ah seandainya ada Uriel disini, pasti Kakak laki-lakinya itu sudah minum belasan gelas jus anggur lezat ini.
"Hirugami-San, sudah berapa lama bekerja sebagai fotografer?" tanya salah satu rekan perempuannya.
"Seingatku sejak kuliah," jawab (Name) singkat.
Semuanya berdecak kagum. Jarang-jarang ada orang yang sudah bekerja saat kuliah, apalagi pekerjaan itu bertahan sampai sekarang.
(Name) hanya diam sambil sesekali menganggukkan kepalanya saat rekan-rekannya memujinya.
Percaya atau tidak, sekarang (Name) tersenyum tipis. Sangat tipis sampai tidak ada yang sadar kalau dia sedang tersenyum sekarang.
"Nona silahkan."
Pelayan tadi kembali sambil membawakan jus anggur baru yang (Name) pesan. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini dia menundukkan kepalanya, bahkan senyumannya tampak dipaksakan.
Entah apa yang terjadi.
"Terima kasih."
(Name) mengambil minuman tadi dan meneguknya sedikit. Mencecap lidahnya sedikit dan mengangkat kedua bahunya, melanjutkan kegiatannya meminum minuman miliknya.
Tapi saat sedang asyik menikmati minuman, matanya menangkap sebuah kertas di bawah piring kecil yang menjadi alas gelas.
Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, (Name) langsung mengambil kertas itu. Isinya nama, email dan nomor telepon, juga catatan kalau itu adalah nomor telepon di pelayan.
"Ah! Dia tampaknya menyukaimu, karena itu dia menyelipkan kertas itu!" seru salah satu rekan perempuannya yang melihat isi kertas tadi.
"Oh."
(Name) hanya ber-"oh" saja dan menaruh kembali kertas itu ke atas meja.
Sudah hampir dua jam (Name) berkumpul bersama, dan selama itu juga kepalanya perlahan terasa pusing. Tubuhnya kepanasan padahal sekarang suhunya dingin, keringat juga mulai menetes dari dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days • Hirugami Sachiro X Reader •
ФанфикшнTiga puluh hari. Bukan waktu yang sebentar, juga bukan waktu yang lama. Dalam sebulan apa yang bisa terjadi? Begitu juga dengan kisahku dengannya, Tiga puluh hari, bagaimana kisah satu bulan kami? Dengannya, Hirugami Sachirou ....
