» 𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 7 «

898 165 32
                                        

Pagi yang begitu cerah, suhu sejuk, ditambah lagi masih ada waktu sebelum siap-siap bekerja. Benar-benar terasa seperti surga dunia.

Entah karena apa, Hirugami terbangun Tiga puluh menit lebih awal dari biasanya. Kalau sebelum menikah, dia lebih memilih bersiap-siap lebih awal agar cepat bekerja. Sekarang dia masih betah di tempat tidur, memandangi wajah (Name) yang masih tertidur di sebelahnya.

Suara dengkuran pelan yang terdengar imut di pendengaran pria berambut cokelat ikal itu. Bibirnya 'tak bisa berhenti mengukir senyum saat mengamati wajah cantik istrinya.

Biasalah, pasutri baru. 'Tak terasa sudah seminggu usia pernikahan (Name) dan Hirugami.

Berbagai macam pikiran muncul di kepalanya kala memandangi wajah yang masih terlelap itu. Rasa senang membuncah di hatinya, kadang masih 'tak percaya kalau gadis idamannya sudah menjadi istrinya meski awalnya tidak membahagiakan sama sekali.

Sampai sekarang, Hirugami masih belum pernah menyentuh (Name) tanpa seizin gadis itu. Tentu ada alasannya kenapa dia tidak pernah menyentuhnya meski dia sudah berhak.

Netra cokelatnya melirik jam, sudah lewat Dua puluh menit dari saat dia bangun. Dirasa sudah cukup untuk bersantai, Hirugami menggoyangkan pelan bahu (Name).

"(Name), sayang, ayo bangun ...."

Bukannya bangun, (Name) malah melenguh pelan dan berbalik membelakangi Hirugami. Membuat suaminya merasa gemas dan mengusap pucuk kepalanya dengan lembut, masih berusaha membangunkan (Name) selembut mungkin.

"(Name) ayo bangun. Ini sudah pagi," ucapnya lagi.

Kali ini (Name) merenggangkan tubuhnya dan perlahan kedua matanya terbuka, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

Karena (Name) sudah bangun, maka Hirugami berdiri dari tempat tidurnya dan mengambil handuk. Membersihkan dirinya sebelum pergi bekerja. Iya, dia belum sempat ambil cuti, mungkin Minggu depan dia akan ambil cuti.

Mengingat Hirugami sangat menyukai pekerjannya, jadi dia lupa mengambil cuti seminggu setelah menikah. Bisa-bisanya dia lupa.

"Nggghhh ...."

(Name) merenggangkan kedua tangannya ke atas lalu mengubah posisinya menjadi duduk, terdiam beberapa detik. Setelah nyawanya terkumpul semua, dia mengambil ikat rambut di atas meja dan mengikat rambutnya kuat, agar 'tak mengganggu saat dia menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah.

Melirik ke arah pintu kamar mandi yang tertutup, (Name) sudah tahu kalau Hirugami sedang mandi di dalam sana.

(Name) turun dari tempat tidur, sekali lagi merenggangkan badan dan keluar kamar. Masih belum terbiasa dengan rumah barunya, dan sekarang dia hanya berdua saja di rumah bersama suaminya.

Kalau dulu (Name) biasanya dibangunkan Uriel, dengan cara disembur air. Ditambah Uriel pasti menaikkan volume alarmnya, membuka gorden, kentut sembarangan, dan keluar kamar tanpa menutup pintunya kembali.

'Abang k*mpr*t,' batin (Name) setelah mengingat kejadian itu.

Kadang (Name) ingin menertawakan Uriel yang sampai sekarang masih jomblo, padahal usianya sudah matang untuk menikah. Ditambah Uriel sok mau jadi lajang, tapi kalau dia lihat pasangan mesra pasti merengek minta jodoh. Maunya apa sih?

Ddrrttt!

Kebetulan.

(Name) baru saja mengambil ponselnya untuk menyalakan musik, Uriel meneleponnya entah ada urusan.

Daripada ganggu terus, lebih baik diangkat.

"Ada apa?" tanya (Name) to the point.

30 Days • Hirugami Sachiro X Reader •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang