Chap 4

325 129 74
                                    






DOCTOR 🩺





Seorang wanita kini memperhatikan semua lembaran kertas yang ia bawa. Dilihatnya tabel yang tertulis di sana, seperti subjek pelajaran, dan nilai yang anaknya dapat.

Sang anak sendiri sedang berdiri tegap di samping sang ibu yang tampak serius memperhatikan. Jujur, ia sedang menguatkan diri untuk menerima omelan dari sang ibu.

"APA INI? NILAIMU SEMUA C?"

Joo-hye tersentak beberapa detik. Lalu menegang. Mungkin karena mendadak ibunya berteriak. Bisa saja keheningan menjadi pertengkaran antara mereka berdua hanya dalam sekejap.

"Maaf Ma..." Dengan menutup kedua matanya, dan mengepal erat kedua tangannya, Joo-hye meminta maaf.

"MAMA UDAH KELUAR UANG YA, BUAT NYEKOLAHIN KAMU! BIAR BISA NGALAHIN KAKAKMU ITU!"

Dengan posisi yang sama, Joo-hye masih dapat mendengarkan Mamanya mengomel. Tentu Mamanya itu tidak pernah memberikan kesempatan Joo-hye untuk mendapat nilai jelek. Padahal selama ini, nilainya selalu A, atau sempurna.

Joo-hye merasa begitu tertekan. Ia tentu tidak bodoh, menjadi pintar dan mendapat nilai bagus hanya untuk mengalahkan kakaknya. Padahal bertahun-tahun sudah, dia tidak bertemu kakaknya.

"Mama terobsesi banget nyakitin kakak. Salah kakak apa emang?"

Si wanita itu hanya bisa mengepal dan memukul meja pada akhirnya. Ia bangkit dan menatap Joo-hye tajam.

"Iya. Mama terobsesi. Iya. MAMA NGGAK MAU DIA SUKSES DAN BAHAGIA! Jadi sakiti dia, Joo-hye."

Wanita itu membiarkan Joo-hye dan kertas nilai rapot milik putrinya berserakan di lantai. Lalu pergi meninggalkan kantornya. Ia berniat ke suatu tempat.

Joo-hye sebenarnya tidak ingat bagaimana wajah kedua kakaknya. Dia hanya diperintah untuk menyakiti perasaan mereka, tapi kenal saja tidak.

Itu karena, wanita tadi, selaku ibu dari Joo-hye, tidak mengijinkannya bertemu dengan mantan suami, dan kedua anaknya yang lebih tua dari Joo-hye. Mereka tinggal berpisah jauh sekali. Keduanya tak mau saling mengingat setelah kakek dan nenek meninggal dunia. Sungguh malang.

Setelah membereskan kertas rapot yang berserakan, Joo-hye memasukannya ke dalam tas ransel. Hari rapotan ini, membuat Joo-hye harus ikut Mamanya di kantor.

Joo-hye bersiap untuk pulang. Sebelum itu, ia mencari-cari sang ibu untuk pamit.

"Eh, jangan deh. Nanti Mama niat nganter lagi. Aku tambah diomelin di mobil," pikirnya singkat. Tapi itu benar adanya.

Diam-diam Joo-hye keluar dari kantor sang ibu. Lalu menuju halte dengan mengendap-endap. Joo-hye tidak bodoh seperti dulu. Pasti ada beberapa karyawan yang mengintai keberadaan Joo-hye, dan itu diperintahkan oleh ibunya sendiri. Memang merepotkan.

Ketika Joo-hye berada di dalam bus, ia melihat sekeliling. Pemandangan gedung-gedung di senja, memang sangat indah. Kini membuatnya berpikir, siapa kedua kakaknya itu.

Ada satu hal yang membuat Joo-hye tercengang ketika bus berhenti karena lampu lalu lintas. Sebuah baliho besar. Menampakkan sosok model yang cantik.

"Wah, cantik ya. Meskipun aku tinggi tapi aku nggak secantik dia," gumamnya.

Joo-hye tidak niat mencari-cari siapa nama gadis itu di baliho yang terpapar di sana. Tapi, nama itu jelas terpampang di bawah tanda tangannya yang indah.

Doctor || SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang