Chap 6

241 96 99
                                    

Rahye menghabiskan tiga harinya dengan sia-sia. Biasanya jika tidak ada jadwal pemotretan atau pertemuan bersama dengan desainer, Rahye akan sering berlatih pose untuk pemotretan selanjutnya. Tapi kali ini tidak.

Dikarenakan ia masih terpikirkan tentang lamaran dari Bangchan saat itu, Rahye tidak nafsu melakukan apa-apa. Ya, kecuali minum obatnya setiap waktu yang ditentukan.

Bukan hanya membuatnya semakin merenung, Rahye menjadi jarang keluar dari kamarnya. Tapi, ia selalu beralasan hal lain ketika Chang-hyun yang bertanya. Dan selalu bilang, bahwa dirinya baik-baik saja.

Lamaran Bangchan bukan membuatnya tersipu atau malu-malu. Justru Rahye mencari cara untuk menghilangkan skandal tanpa melakukan pernikahan bersama Chan.

"Kayanya sulit...," keluhnya sambil menekuk lututnya dan lengannya yang melingkar di sana.

"Nggak mungkin kan? Aku nikah sama dia cuma buat ngilangin skandal itu...?"

Sesekali Rahye menghembuskan nafas, sambil menopang dagunya di atas lutut. Tetap saja, Rahye masih belum menemukan cara bagaimana melenyapkan skandal itu.

Akhir-akhir ini saja, Rahye tidak berani membuka ponsel. Ia yakin sekali bahwa, Haeul, Chan, dan beberapa fotografer maupun desainer lain akan seringkali menghubunginya. Tidak lain dan tidak bukan adalah menanyakan kabarnya.

"Berita itu kayanya juga makin nyebar kemana-mana. Tapi, aku bisa apa...?" Lagi-lagi Rahye mengeluhkan kondisinya sendiri.

Tiba-tiba ada yang mengetok pintu dari luar. Ketika terbuka, rupanya Chang-hyun.

"Papa mau keluar sebentar, beli bahan makanan. Kamu jaga rumah, jangan kemana-mana," pesan Chang-hyun pada putrinya. Sedangkan Rahye hanya mengangguk.

Ketika Chang-hyun sudah benar-benar pergi ke swalayan, Rahye keluar dari kamarnya. Ruang tamu dan ruang keluarga tetap rapi, karena memang Chang-hyun suka sekali dengan kebersihan dan kerapian. Tidak heran jika awet muda.

Rahye pergi mengunjungi dapur. Ia berniat membuat kopi. Katanya kopi bisa mengurangi penyakit jantung. Jadi ia lakukan.

Saat kopi telah siap disajikan, Rahye mendengar ada yang mengetuk pintu. Tapi ia abaikan, karena beberapa detik setelahnya, tidak ada suara apa-apa lagi.

"Salah dengar kayanya."

Saat akan berbalik, sekali lagi, Rahye mendengar suara ketukan pintu dari luar rumah. Kali ini lebih keras, dan datangnya intens.

Setelah meletakkan kembali kopinya di atas meja, Rahye dengan cepat membuka pintu yang tidak terkunci. Kini Rahye terpaku melihat siapa yang mendatangi rumah Papanya.

"Eh? Seu.. Seungmin..?"

Nafas Rahye sedikit tersenggal, karena ia tidak tau bagaimana bisa Seungmin mengetahui rumah Papanya. Padahal sudah jelas ia tidak memberitahukan siapapun.

"Gi-gimana kamu tau rumah Papa-"

"Aku bisa tau. Segalanya."

Rahye malah merasa itu adalah candaan. Wajah Seungmin terlihat aneh dan tampak menutupi sesuatu.

"Kamu... bukan penguntit kan?" Kali ini Seungmin yang merasa tersentak dengan pertanyaan Rahye.

Doctor || SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang