Chap 22

76 12 20
                                    

Gadis itu melepas infusnya dengan paksa, mendorong Seungmin sekuat tenaga, dan berlari memasuki halaman lebih jauh.

Saat berlari secepat yang ia bisa, Rahye melepaskan tangisnya. Ia tak peduli dunia lagi. Ia harus memikirkan dirinya, setidaknya mencari tempat persembunyian.

Gadis cantik itu terus menangis, air matanya tak berhenti membasahi wajah. Bahkan di tengah hujan lebat sekalipun.

"Ck, mimisan lagi."

Darah telah mengalir deras dari hidungnya. Tapi Rahye tidak peduli. Membiarkan dirinya diserang ribuan rintik hujan.

"Kali ini aku nggak akan pingsan. Aku bisa."

Bohong. Rahye melemas dan kekurangan oksigen, meskipun ia sedang di sekitaran tanaman dan hujan sedang deras.

"Di sini saja."

Rahye duduk di atas keramik, yang berada di bawah pohon, dan memeluk kedua lututnya ke dalam tubuhnya agar hangat. Tetap saja tidak bisa, ia telah basah kuyup.

Darah yang mengalir keluar dari hidung tidak segera berhenti. Rasa pusing semakin terasa di seluruh kepala Rahye.

"Apa karena hari itu? Kepalaku terbentur? Jadinya sering pusing begini?"

Perlahan Rahye meraba kepalanya sendiri melalui sela-sela rambut. Mencari keberadaan bekas operasi di sana.

"Oh, tidak. Apa ini?" Rahye merasakan permukaan tidak merata di belakang kepalanya.

"Aku memang tidak layak hidup. Badanku sudah tidak sempurna semua."

Sekali-kali ia menatap langit, hujan mulai mereda, namun masih cukup gelap dan mendung karena awan abu-abu.

"Hari itu..." Tanpa sadar ia bergumam.

"Siapa yang ngangkat aku, ya?"

"Tisu bekas itu... kayanya ada biusnya. Aku langsung pingsan setelah teriak."

Suara Rahye saat bergumam benar-benar terdengar lirih. Ia bahkan tidak bisa berbicara di dalam hati, karena kepalanya sangat pusing.

"Aku nggak tau mau sampai kapan aku kaya gini terus..."

"...menyusahkan orang lain..."

"...tidak pernah membahagiakan diriku sendiri..."

"...suka sekali overthinking ke semua orang yang nggak pernah mengurusku..."

Pandangan Rahye memburam, tapi kali ini ia tidak mau pingsan seperti sebelumnya.

"Nggak Rahye. Kamu harus sembunyi di sini sebentar. Kamu harus kuat, Rahye. Kumohon, kuatlah sedikit lagi. Kematianmu sudah di depan mata..."

Tidak bisa. Kondisi Rahye terlalu lemah untuk bertahan sekarang. Ditambah cuaca yang sedang hujan dan sangat dingin.

Kepala, dan seluruh tubuh Rahye melemah. Dirinya hampir ambruk menatap keramik yang tengah ia duduki.

"Aku di sini."

Jika bukan karena Seungmin yang memegang wajah tirus milik Rahye, badannya pasti sudah ambruk, dan kepala Rahye kemungkinan akan pendarahan lagi.

"Kamu masih sadar?"

Mata Rahye terbuka perlahan. Dirinya belum pingsan, hanya saja sangat lemah.

"Seo Rahye..."

Mata mereka bertemu. Sekali lagi. Betapa besar rasa bersalah Seungmin ketika melihat Rahye menderita seperti itu.

Belum ada tindakan apa-apa dari Seungmin. Lelaki itu masih menikmati suasana dan suara rintik hujan yang membuat posisi ini sangatlah romantis.

Doctor || SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang