Chap 28

92 11 5
                                    

"Na Joo-hye!"

Sang guru, Pak Yoon, langsung mengambil ponsel Joo-hye secara spontan.

"P-Pak!"

"Bapak akan sita ponselmu, kalau kamu nggak mendengarkan Bapak saat menjelaskan materi ini! Nilaimu ini juga semakin turun!"

Joo-hye terdiam. Soal nilai, ia memang tak bisa melakukan apa-apa. Ia rasa, bukan takdirnya untuk menjadi ranking satu di kelas, apalagi angkatan.

"Dudukmu itu juga paling belakang. Kenapa nggak ambil kursi di depan? Kamu jadi semakin susah fokus saat pembelajaran."

Kali ini ia pasrah saja. Ponsel mahalnya tersita oleh sang guru di hadapannya. Ia tak peduli lagi bagaimana Mamanya itu akan bertindak nanti.

"Setelah pembelajaran Bapak selesai, kamu boleh ambil ponselmu."

Joo-hye mengangguk pelan dengan ekspresi datarnya. "Maaf, Pak. Terima kasih sudah diingatkan."

Sementara Zhou, Limi, dan Byeol yang duduk di depan, hanya menyaksikan Joo-hye dengan rasa kasihan.

Tepat setelah bel istirahat berbunyi, Joo-hye menghampiri Pak Yoon yang sedang bertelfon melalui ponsel.

"Iya, Pak. Baik. Sama-sama...," lalu Pak Yoon menatap Joo-hye dengan wajah tengil.

"Maafkan saya, Pak."

Yoon tak lagi marah ataupun kesal. Dengan rasa belas kasih nya, ia mengembalikan ponsel Joo-hye.

"Saya tau ini ponsel mahal. Tapi bukan berarti kamu pakai di waktu yang nggak seharusnya."

"Baik, Pak. Sekali lagi saya minta maaf."

Yoon merasa ada yang tidak beres dengan Joo-hye. Tidak biasanya dia kelihatan lelah seperti itu.

"Akhir-akhir ini apa Mamamu selalu memaksamu buat belajar?"

"Bukan, Pak. Justru saya belakangan ini nggak diperhatikan."

"Bukannya itu yang setiap kali kamu mau? Terus kamu kenapa sedih kaya gitu?"

Joo-hye bukan bersedih karena Mamanya mulai jarang memperhatikannya seperti dulu. Tapi, ia masih shock karena tau kalau Seo Rahye adalah kakaknya sendiri.

"Saya tau kalau Pak Yoon tau masalahnya. Jadi Bapak nggak perlu tanya, kan?"

Yoon yang tidak paham akan maksud dari Joo-hye, hanya mengangkat alis dengan heran.

"Bapak kan teman kuliahnya Mama?"

Setelahnya Yoon tertawa. "Oh, itu maksudnya... Iya benar. Terus, kenapa?"

Memang Joo-hye tidak langsung mengutarakan apa yang selama ini ia pikirkan. Namun dari segi ekspresi Joo-hye yang ditunjukkan pada Yoon, ia seolah bisa mengerti alasan Joo-hye sesedih itu.

"Joo-hye."

Gadis itu kembali menatap mata Yoon. Wali kelasnya sendiri.

"Ikhlaskan saja Mamamu melakukan hal-hal semacam itu. Hal itu sudah terjadi. Nggak akan ada yang bisa diubah."

Perlahan, Joo-hye bergerak mundur. Menahan air mata yang nyaris lolos dari matanya. Seolah semua yang ia pikirkan benar adanya.

"Bapak nggak bisa menjelaskan detail, karena Bapak nggak punya hak apa-apa. Maaf, Joo-hye."

Joo-hye masih terdiam menahan tangis, bahkan ketika Yoon meninggalkan kelas yang sudah kosong karena semuanya pergi ke kantin.

"Mama... selama ini..."

Lolos sudah air matanya. Tak berguna lagi usahanya untuk mempertahankan.

Beberapa teman kelasnya yang ingin makan di dalam kelas, tak memperhatian Joo-hye sedang bersedih begitu di depan meja guru.

Doctor || SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang