Tuk!
Sebuah pesawat kecil dari kertas terasa menabrak kepala bagian belakang, membuat lamunan yang sudah berkumpul menjadi imajinasi yang siap dijadikan sebuah ceritera sendiri, menjadi buyar begitu saja.
Kesal karena menganggu diri, netra ini segera mengedarkan pandangan, mencari siapa insan yang mengerjai.
Tertangkap seorang nandana pemilik tinggi kurang lebih 180 cm itu sedang cekikikan dibelakang sana, oh dia tidak sendiri rupanya. Terduga lainnya adalah Adiyaksa Rama Kalingga atau yang sering disapa Rama juga turut cekikikan kearahku.
Bisa ditebak bahwa mereka lah pelakunya. Lantas, aku bertanya, "Rama! Aksa! ngapain, sih?"
"Lagi usilin kamu yang lagi masuk kedalam dunia lamunan," ujar sang pemimpin kelas dengan jujur lalu mengeluarkan gelak tawanya.
Kemudian, Rama menambahkan, "lagi ngelamunin apa sih, Arum? melamunkan kekasih impian? atau sang idola yang tak bisa kau kunjungi? haha." Mereka saling tertawa antara satu sama lain. Menghiraukan diriku yang sudah terlanjur kesal karena ucapan Rama yang tidak ada benarnya.
"Sialan si Rama," umpatku pelan.
"Cieee, Arum ngegalau karena masih sendiri, ya? WOY ARUMI LAGI BUTUH PANGERAN HATINYA NIH, ADA YANG MAU JADI CALONNYA GAK?" teriak taruna bernama Aksara Teduh Bayanaka itu. Membuat hastaku ingin mendarat di punggungnya.
Mereka semakin lama semakin tidak bisa berdiam diri, perasaan kesal dan terganggu mulai mengerumuni diri. Lantas, tungkai ini berdiri tegak dan berlari mengejar kedua insan menyebalkan itu.
"Dasar Aksa! sini kamu!" ku berlari, mengejar taruna-taruna itu dari belakang menuju depan ruangan kelas. Untungnya suasana kelas sedang sepi penghuni.
Mereka berlari seraya mengejek, membuat kekesalan ini semakin menjadi.
Plak!
Akhirnya satu pendaratan hasta kiriku mulus diatas punggung seorang Aksa berhasil dilakukan, lantas ia meringis kesakitan sembari mengusap-usap punggungnya yang sakit.
Seorang Rama ku berlakukan berbeda dengan Aksa, ia hanya ku cubit pipinya saja. Walau itu juga terasa sakit baginya.
Setelahnya, ku kembali ketempat awal, menduduki bangku kayu berwarna coklat gelap dan memandangi sang nabastala yang sedang bersemangat hari ini.
Rama dan Aksa berjalan menghampiri diriku, masih dengan ringisan kesakitan.
"Kenapa? mau dipukul lagi?" tanyaku yang langsung mendapat penolakan dari kedua remaja tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗞𝗼𝘁𝗮 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻
Fanfiction[tertahan sementara] 🔯 au 。희승 / HEESEUNG ❝ Tepat di mana kota itu berada, terajut sebuah kisah suka yang kini hanya menjadi kenangan semata-mata. ❞ © by 𝗺𝗮𝘂𝘃𝗮𝗹𝘂𝗲 , 2021.