十二 DUABELAS ─ Senandung Malam nan Dahayu

19 4 0
                                    

"Bagaimana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bagaimana?"

"Bagaimana apanya?"

"Tentu dengan keadaanmu, Arum."

"Kamu bisa menebaknya sendiri, Tuan Harsa." Aku mendengus kesal.

Sebab, ini sudah terhitung sebulan dua hari ia meninggalkan Batavia dan baru hari ini juga ia sempat memberi kabar.

"Aku merasa terlalu kejam karena meninggalkan gadis Batavia ku sendiri, tapi ini suruhan orang tua, jadi aku tidak bisa membantah. Aku rasa kamu tidak baik-baik saja."

"Akhirnya kamu mengerti juga."

"Ahh aku benar-benar merasa bersalah sekarang, apa yang harus aku lakukan untuk menenangkanmu, hm?"

"Apa senandung malam akan membuatmu lebih baik? Jika iya aku akan menyanyikan satu lagu untukmu."

"Kamu bisa mencobanya."

"Baiklah, ah tunggu sebentar. Aku ambil gitarnya dulu."

"Hm."

Diseberang sana, Harsa terlihat beranjak dari ranjangnya menuju lemari untuk mengambil gitarnya yang ia taruh rapi di atas, lalu kembali ke dalam panggilan.

"Jika kau menyukainya, aku akan mengirimkan pesan suaranya nanti agar bisa mengatasi semua rindumu."

"Hey, aku tidak akan pernah begitu, ya!"

Harsa tertawa karenaku, itu terdengar sangat jelas dari speaker ponselku. "Baiklah, aku akan mulai."

"One touch and you got me stoned,
higher than I've ever known,
you call the shots and I follow.
Sunrise, but the night still young,
no words, but we speak in tongues,
if you let me, I might say too much.

'Cause i'm off my face, in love with you..."

Aku tersenyum, tapi dengan tirta bening yang keluar dari manik ku. Tidak bisa dipungkiri bahwa gadis ini sedang merindukan sang tuan.

Aku menenggelamkan kepala di atas bantal, menikmati pita suara itu hingga selesai.

"Bagaimana lagu itu? Apa menenangkanmu?"

Aku mendongak dan bersuara, "iya, itu sangat menenangkan aku sekarang. Terima kasih."

"Terima kasih kembali, sudah sekarang tidur, ya? Aku tidak mau kamu tidur larut malam, itu pasti akan berpengaruh terhadap pagimu esok. Semangat untuk esok dan mimpi indah!" Katanya, aku tersenyum.

"Semangat untukmu juga di sana, walaupun aku tidak tahu apa yang sedang kamu perbuat."

"Hehe, terima kasih cantik! Sudah ya, siapa yang mau matikan dahulu, nih?"

"Kamu saja."

"Ok, selamat tidur!"

Tut!

𝗞𝗼𝘁𝗮 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang