十四 EMPATBELAS ─ Retaknya Asmaraloka Nusantara

24 5 0
                                    

    Duapama─Duabelas MIPA 5─hari ini tampaknya sedikit di hadang mendung, tampak salah seorang penghuninya termenung tak bersemangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duapama─Duabelas MIPA 5─hari ini tampaknya sedikit di hadang mendung, tampak salah seorang penghuninya termenung tak bersemangat. Duduk sendiri di bangkunya, ia menatap langit melalui jendela.

Agni pasti sedang berada dalam suasana hati yang kurang baik hari ini, aku ingin menanyakannya.

"Agni? Kenapa? Kok sedih gitu rasanya?" Tanyaku sembari duduk di sampingnya.

Sang gadis yang menopang dagunya dengan tangan itu pun kini menatapku. "Dunia lucu, ya?"

"Maksudmu?"

Agni menghela nafasnya panjang. "Aku sama Dian ... mengakhiri hubungan," ujarnya langsung.

Aku terdiam, kenapa tiba-tiba sekali? Rasanya sejauh ini hubungan mereka jauh dari kata akhir, selalu lurus, dan tidak ada kabar tentang orang ketiga juga. Namun, hari ini, semuanya berakhir tanpa izin.

"Kenapa?"

"Ini karena kita yang berbeda." Oh, aku sadar sekarang, memang benar jika kedua insan yang kini sudah tidak berhubungan itu berada di keyakinan yang berbeda. Awalnya Agni hanya mengagumi Dian, begitu pula sang tuan. Tapi entah dari mana keberanian remaja itu, tiba-tiba menyatakan rasanya kepada sang gadis.

Mereka tahu jika mereka berbeda, tapi semuanya di lupakan. Dan kini, mereka harus berpisah karena takdir.

"Ayah Dian menyuruhnya untuk memutuskan hubungan ini, dan mencari yang sama. Aku tahu seharusnya aku tidak menerimanya dulu," sesal Agni sembari menunduk, bahunya naik turun menandakan sang gadis menangis.

Semesta memang aneh, membuat takdir yang sulit untuk dihadapi anaknya. Jika sudah tahu keduanya berbeda, kenapa tetap dipertemukan?

Segera kuraih bahu Agni, mengusapnya guna untuk menenangkan. "Penyesalan selalu datang di akhir, tapi aku yakin semesta pasti sudah menyiapkan laki-laki yang baik seperti Dian dan berada pada iman yang sama juga," ujarku.

Tangisannya berhenti. "Aku harap begitu. Terima kasih."

"Sama-sama, tetap berhubungan baik dengan Dian, ya? Jangan menjauhinya karena ini." Ia mengangguk dan memelukku, Agni memang ceria, tapi jika sudah begini, ia akan rapuh dan butuh seseorang bersamanya.

* * *

Tidak seperti biasanya, Dian hari ini tampak tidak mengunjungi Duapama mungkin karena masalahnya dengan sang gadis. Aku harap ia tidak menjaga jarak dari Agni.

Satu setengah jam lagi bel pulang berbunyi, lekas aku izin menuju kamar mandi, kelas ini juga tidak ada guru yang mengunjungi, sibuk katanya.

Siswa lain juga tampak berhamburan keluar kelas, sepertinya guru juga tidak masuk ke kelas mereka. Jadi sedikit ramai.

Sampai di toilet, sepi itu yang dirasa. Setelahnya, aku merasa jika Agni mengunjungi dengan buru-buru, aneh pasti ada sesuatu.

𝗞𝗼𝘁𝗮 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang