"Berat badannya akhir-akhir ini turun drastis dan sering kelelahan walau sudah beristirahat, terkadang dia juga sering demam tanpa alasan. Ketika saya ingin mengajaknya ke rumah sakit, ia selalu menolak dan berkata bahwa ia tidak apa-apa. Ia berkata mungkin itu efek dari fisiknya yang memang kelelahan.""Jadi ... apakah Harsa sakit sesuatu, dok?" Ibunda Harsa yang kala itu masih berusia 23 tahun terlihat khawatir saat daksanya duduk di hadapan seorang dokter yang tadi sempat memeriksa kondisi sang anak.
Sang dokter awalnya hanya menghela nafas panjang. Namun, kembali berbicara setelah dirasa kuat untuk mengungkapkannya.
"Bu, saya harap setelah mendengar ini, ibu tidak patah semangat untuk Harsa," ucap sang dokter pada akhirnya.
Perasaan wanita itu sudah tidak bisa dikatakan baik-baik saja, ia sangat yakin bahwasanya sang anak jauh dari kata sehat.
"S-saya akan berusaha, dok."
"Baiklah." Dokter itu menundukkan kepalanya sejenak. Rasanya sulit sekali memberitahukan kabar ini kepada wanita di depannya.
"Jadi ... Harsa itu terkena leukimia, Bu. Ini terjadi karena kelainan sel darah putih di dalam tubuhnya, saya baru bisa melihatnya karena sel-sel kankernya sudah mulai menyebar. Dan untuk itu, Harsa harus beristirahat dari kegiatannya mulai hari ini." Tutur kata dari dokter itu membekukan tubuh perempuan itu.
Anaknya ... terkena kanker darah.
Ia masih tidak menyangka, bahwasanya kanker seperti itu harus hinggap di dalam tubuh putranya. Tirta bening yang sudah tidak bisa ditahan pun perlahan mulai turun membasahi pipi.
Kemudian, perempuan itu menggeleng kuat. "Enggak, itu tidak benar. Untuk apa Harsa terkena kanker darah semacam itu? Selama ini ia selalu sehat-sehat saja!"
"Bu, saya tahu ini terlalu tiba-tiba, tapi faktanya memang seperti itu. Harsa ... terkena leukimia."
"Dok! Jangan Bercanda! Anak saya tidak mungkin terkena kanker!" Seru Ibu Harsa masih tidak terima.
Sang dokter masih sabar untuk menanggapi perempuan yang sedang terpukul jiwanya itu. "Bu, saya mohon tenang. Di rumah sakit ini, setiap perawat dan dokternya akan berusaha untuk menyembuhkan Harsa dari leukimianya."
Ibu Harsa terdiam dengan air mata yang semakin deras. Mau menampar pipinya sampai beberapa kali pun tidak akan mengubah semuanya, karena itu bukan mimpi. Harsa benar-benar sudah tidak sehat sejak pertama kali ia mengeluh kelelahan dan demam yang datang tanpa alasan hari itu.
Ibu Harsa hanya memikirkan bagaimana keadaan anak itu kedepannya. Rambutnya mungkin tidak akan lebat lagi seperti hari ini, tubuhnya mungkin tidak akan pernah berlarian kesana kemari lagi seperti yang biasa ia lakukan dengan teman-temannya. Atau mungkin ... kehadirannya di bumi akan sulit terkabulkan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗞𝗼𝘁𝗮 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻
Fanfiction[tertahan sementara] 🔯 au 。희승 / HEESEUNG ❝ Tepat di mana kota itu berada, terajut sebuah kisah suka yang kini hanya menjadi kenangan semata-mata. ❞ © by 𝗺𝗮𝘂𝘃𝗮𝗹𝘂𝗲 , 2021.