九 SEMBILAN ─ Tentang Si 'Pendatang' Yang Diramalkan

29 5 0
                                    

| beberapa hari lagi, aku akan kembali ke Probolinggo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

| beberapa hari lagi, aku akan kembali ke Probolinggo.

Terhitung sudah beberapa hari berlalu begitu saja. Namun, atensi ku tak berpaling dari ketikan Harsa. Di dalam kamar yang sunyi aku masih menatap layar ponselku yang menyala sejak lima menit yang lalu.

Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal dalam hati, tetapi itu masih belum diketahui. Dari hanya sekadar perasaanku saja atau memang seperti itu adanya. Entahlah, aku masih bingung untuk memahaminya.

Aku tentu saja sedih, kita baru merasa sangat dekat akhir-akhir ini, tapi dia sudah ingin menjauh.

Aku sudah memiliki keinginan untuk menghabiskan waktu bersamanya di lain hari bersama yang lain, tapi waktu mengatakan tidak.

Ketikan itu membuatku sukar untuk tersenyum hingga hari ini. Bahkan Kak Rangga saja bingung apa yang sebenarnya aku alami.


Entah ada apa denganku, akhir-akhir ini aku merasa hariku benar-benar hidup. Apa mungkin itu karenanya?

Atau apa yang dikatakan Agni pada hari itu benar dan rasa itu kini tumbuh padaku? Aku tidak mau menerka, tapi jika dilihat dan dirasakan mungkin iya.

Semesta memang membingungkan, banyak teka-teki ia simpan, membuat insan-insan disini bingung.

Jika diingat kembali, beberapa hari lagi akan diadakan ujian akhir semester yang artinya sebentar lagi diriku akan berada di kelas akhir.

Mungkin, Harsa akan pergi setelah menyelesaikan ujiannya. Dan entah ia akan disini saat hari kelulusan tiba atau tidak.

Di lihatnya langit malam yang cerah dengan beragam ornamen rembulan dan bintang yang menghiasi, mataku berbinar dan menjadi teringat kata Harsa di Jogja beberapa hari yang lalu perihal malam.

"Jika kamu merindukan ibumu, lihatlah keatas langit dan carilah bintang yang bersinar terang, jika kamu menemukannya, itulah ibumu dan berbicaralah padanya. Aku yakin, dia akan mendengarkan anaknya dari atas sana."

Sudah lebih dari sepuluh warsa aku memandang Buana, tapi baru saat ini aku menemukan seseorang yang bisa membuatku merasa nyaman atas kehadiran malam. Walau kisah itu sempat berputar kembali di pikiran.

Hingga kini, mataku belum bisa terpejam, sebab rasa kantuk belum menyerang. Tak ada hal yang ingin dilakukan, jadi yang aku lakukan hanya menatap langit-langit kamar yang hanya disinari oleh cahaya rembulan.

Hanya berkedip dan tersenyum, sebuah getaran membuat aku sedikit terkejut.

Layar ponselku menyala dan menampakan sebuah notifikasi di layar depannya.

"Itu Harsa," kataku dan meraih ponsel itu dan kembali merebahkan daksa.

Harsa

𝗞𝗼𝘁𝗮 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang