十八 DELAPANBELAS ─ Gemintang di Kota Tua

36 4 0
                                    

Pagi yang baru saja melenyapkan malam datang, terlihat dara ini sibuk menggosok-gosokkan hastanya karena kedinginan setelah bertempur dengan air dingin tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang baru saja melenyapkan malam datang, terlihat dara ini sibuk menggosok-gosokkan hastanya karena kedinginan setelah bertempur dengan air dingin tadi.

Tetapi, terlihat semuanya sudah rapi, mengingat kembali bahwasanya aku akan pergi hari ini. Tenang, ayah sudah mengizini, kendati pagi ini beliau sudah dulu berkelana pergi.

Tampak hanya sang remaja yang menemani, bersemayam pada sebuah bangku kayu yang di taruh di dekat pintu.

"Dek, kamu sama Harsa punya hubungan? Kok deket banget kaya orang pacaran?" Baiklah, Kak Rangga mulai membuka topik yang tidak berfaedah lagi, entah kenapa ia selalu suka mengusik aku dengan sering bertanya apa hubunganku dengan remaja itu.

Sebelum menjawabnya, aku merotasikan mataku malas. "Kak, itu penting banget, ya? Aku cape dengernya."

"Ya, habisnya kamu deket banget, kemana-mana pasti selalu bareng. Apa jangan-jangan kalian HTS?"

Aku mendelik. "Apa sih? Kok HTS? Ya gak lah!"

"Yang bener?" Kak Rangga meragukan jawabanku. "Tapi menurut kakak, ayah juga penasaran tentang hubungan kamu sama dia, cuman ayah aja yang masih gak mau nanya ke kamu."

Aku terdiam, apa benar? Jika dituntut menjelaskan juga, aku turut bingung ingin mengatakan hubungan ini sebagai apa? Hanya kata teman saja yang sanggup mewakili.

Tidak mau berpikir panjang, aku akhirnya menyudahi topik pembicaraan ini. "Ah! Udah deh, Kak! Gak berguna banget topiknya."

Sebelum Kak Rangga ingin menyahuti kataku, suara mobil yang berhenti di depan rumah terlebih dulu mengalihkan atensi.

Harsa datang.

Dan tak lama, dibalik gerbang kayu itu tampak sebuah insan nan rupawan. Agnarian Harsa Dirgantara.

Ia berjalan mendatangi Kak Rangga dan menyalami tangannya. "Assalamualaikum, Kak."

"Waalaikumsalam, Sa."

"Berangkat sekarang?"

"Iya, takut nyampenya malem banget nanti."

"Oh, yaudah. Hati-hati, jaga Arumi baik-baik ya?"

"Tanpa kakak suruh pun, saya siap menjaganya dengan sepenuh hati."

Baiklah, kalian pasti bertanya apakah ini patut untuk disalah tingkahi atau tidak. Bagiku, iya.

Aku masih tidak paham dengan laki-laki ini. Mengapa ia begitu─ ahh sudah lupakan.

Setelah tutur kata itu lolos dari labiumnya, Kak Rangga tersenyum untuk menanggapinya. Dan merasa sangat yakin jika adiknya lebih dari seorang teman bagi laki-laki itu.

Tidak ingin membuang waktu lebih banyak, keduanya langsung pamit dan segera beranjak.

* * *

𝗞𝗼𝘁𝗮 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang