"Eum ... Harsa."
Tiba-tiba suara kedua insan itu tak terdengar lagi setelah kata itu keluar.
Satu detik, dua detik, tiga detik hampa menerpa, diriku sibuk tersenyum menatap hamparan pasir basah yang tak digenangi oleh air laut yang asin dan biru.
Harsa? hanya tertegun sembari menatapku dengan tatapan terkejut dan bingung. Lantas, ku lirik ia sejenak dan mencoba untuk memahami situasi.
Aku membaca raut wajah kebingungan seorang Agnarian Harsa Dirgantara. Lantas, aku segera menggeleng kuat dan menjelaskan maksudku. "Ah bukan, bukan itu! maksudku kebahagiaan! iya kebahagiaan, karena dalam bahasa sansekerta Harsa artinya kebahagiaan, bukan?" aku mengelak dengan cepat, hingga membuat Harsa terkekeh pelan.
"Hey tenang, aku paham kok apa yang kamu maksud, Arum," ujarnya.
Aku hanya tersenyum kikuk kearahnya.
"Kenapa kamu mengatakan Harsa? kenapa tidak langsung mengatakan kebahagiaan saja?" tanyanya, membuat hastaku menggaruk tengkuk ku yang tak gatal.
"Ya..., karena biar simple aja, kalau aku mengatakan kebahagiaan itu terlalu panjang. Jadi aku mengatakan Harsa saja agar mudah," sahutku yang lagi lagi mendapatkan tawa pelan darinya.
"Begitukah? atau jangan-jangan kamu juga menyukai Harsa yang ini?" tanyanya sembari menunjuk dirinya sendiri.
Saat itu juga pipiku tiba-tiba menjadi memerah karena dirinya, aku juga tidak tahu kenapa aku jadi panas seperti ini? apa aku juga benar-benar menyukainya?
Aku memukul lengannya pelan dan memalingkan wajahku. "Harsa, ih!"
"Hey, jangan mukul dong," keluhnya.
"Iya, m-maaf."
Ia tersenyum sejenak lalu berkata, "sudah mulai gelap, pulang yuk?" ajaknya, ia beralih untuk menegakkan tungkai kakinya, lalu mengulurkan tangannya. "Ayo."
Sejenak, aku menatapnya sebentar lalu meraih tangannya dan berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗞𝗼𝘁𝗮 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻
Fanfiction[tertahan sementara] 🔯 au 。희승 / HEESEUNG ❝ Tepat di mana kota itu berada, terajut sebuah kisah suka yang kini hanya menjadi kenangan semata-mata. ❞ © by 𝗺𝗮𝘂𝘃𝗮𝗹𝘂𝗲 , 2021.