七 TUJUH ─ Yogyakarta, Aku, dan Dirinya

33 9 1
                                    

Sang baskara telah bertukar posisi dengan rembulan, ia sekarang bertugas untuk menyinari Nusantara hingga petang nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang baskara telah bertukar posisi dengan rembulan, ia sekarang bertugas untuk menyinari Nusantara hingga petang nanti. Hembusan halus sang angin menerpa pelan gorden kamar ini, membuatnya melambai-lambai kesana kemari.

Secercah cahaya menembus ruangan bercat putih bersih tersebut, dengan sang remaja manis yang sedang terduduk di tepi ranjangnya.

Ia sedang sibuk bersiap-siap karena hari ini ia akan pergi keluar kota bersama teman-temannya yang sudah di janjikan kemarin hari, kata sang Agni sih kita berangkatnya pagi, agar tiba disana tidak gelap.

Aku sudah mendapatkan izin dari ayah untuk pergi, jadi waktunya sekarang hanya menunggu mereka.

Karena liburan ini tidak hanya sehari, jadi kita memutuskan untuk singgah di Yogyakarta beberapa hari. Perjalanan dari Jakarta menuju Jogja itu memakan waktu sekitar delapan jam lamanya, jadi percuma jika sehari saja menghabiskan waktu disana.

Ting!

Satu notifikasi muncul kembali dari layar handphone ku, segera aku membukanya karena nama Harsa terpampang di layar atas.

Harsa

Pagi Arum !

Pagi juga, Harsa !

Bagaimana, sudah
siap belum?
Aku akan
menjemputmu sekarang

Iya aku sudah siap
Aku akan menunggumu

Baiklah, tunggu aku
Beberapa menit lagi
aku akan tiba di
depan halaman rumahmu
bersama yang lain

Ok

Entah mengapa jantungku rasanya berdetak tidak normal, padahal aku sudah pernah berboncengan bersamanya. Tapi tetap saja masih merasa aneh dan asing.

Setelah menutup ruang chat ku bersama Harsa, hastaku kini meraih tas selempang yang tergeletak di atas ranjang. Lalu, memasukkan beberapa barang keperluan seperti charger, handphone, earphone dan lain-lain.

"Ayah, aku berangkat." Aku menghampiri ayah yang sedang terduduk di ruang tamu, lalu menyalami tangannya.

"Hati-hati, ya? kamu bisa menjaga diri 'kan? karena kamu tidak sehari saja disana."

"Iya, bisa ayah, jangan khawatir. Ada teman-temanku," sahutku sembari tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, nanti jangan lupa juga membawa sesuatu untuk ayah, ok?" candanya dengan mengelus kepalaku pelan.

Aku terkekeh. "Haha, siap ayah!"

Tinn!

"Ok, dadah ayah." Aku perlahan meninggalkan ayah yang sedang sibuk dengan televisinya di ruang tengah, karena sepertinya mereka sudah tiba dan menunggu di depan.

𝗞𝗼𝘁𝗮 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang