~JENTAKA~
Jay mengeringkan rambutnya dengan handuk, dia keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah meja rias yang ada di dekat ranjang. Jay menatap pantulan punggung seseorang yang membelakanginya, punggung mungil itu sudah hampir dua minggu ini tidur satu kamar dengannya.
Jay merasa perutnya diaduk dari dalam, dia segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan cairan bening yang asam. Dia mencengkram pinggiran wastafel sambil berusaha meredakan rasa mualnya.
Dia mendekati ranjang dan mengguncang bahu Jungwon lumayan kuat. "Jungwon, bangun."
Jungwon melenguh, dia mengerjapkan matanya dan menatap Jay. "Uhh, kenapa?"
Jungwon mengumpulkan kesadaran, dia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh kurang seperempat. Dia membola dan langsung meloncat ke lantai.
Grepp!
"Mau ngapain?" Jay menahan tangan Jungwon yang ingin mengambil seragam.
"Mau sekolah, kenapa kamu nggak bangunin aku?" Jungwon berusaha melepas tangan Jay, dia akan kehabisan banyak waktu jika terus mengobrol dengan Jay.
Jay menarik tangan Jungwon dan sedikit mendorong tubuh pemuda itu agar kembali duduk di ranjang.
"Lo mau sekolah? Mau anak lo mati?" Jay menekankan kata mati agar Jungwon diam.
Pemuda itu menggeleng sadis, dia mencengkram pinggiran ranjang. Jay merundukan sedikit tubuhnya dan memegang pundak Jungwon yang gemetar.
"Tunggu di sini, jangan betingkah." Jay mengucapkan itu, lalu pergi keluar kamar dengan tubuh yang sudah terbalut pakaian seragam putih-abu.
Jungwon menurut dengan diam dan tidak melakukan apapun. Tak lama Jay datang dengan nampan berisi makanan dan air putih, dia menaruh nampan itu di atas nakas dan mengambil mangkuk bubur.
"Buka mulut lo."
Jungwon bergeming sebentar karena terkejut, apa Jay sedang sakit? Kenapa sikapnya menjadi berubah? Dia membuka mulutnya dengan ragu saat sendok berisi bubur itu mengarah pada mulutnya. Dia mengunyah bubur itu pelan dan menelannya.
"Makan yang banyak biar cepet sembuh, terus nggak nyusahin gue lagi."
Meski ucapan Jay menusuk, tapi Jungwon justru tersenyum ke arah lelaki itu. Jungwon tahu kalau Jay sedang mencari alasan agar tidak ketahuan perduli dengannya.
"Kamu juga makan." Jungwon mengambil satu sendok bubur dan mengarahkannya ke mulut Jay.
Jay menahan tangan Jungwon yang ingin menyuapkan bubur. "Jangan, gue nanti muntah lagi."
Jungwon menurunkan sendok bubur itu, dia melihat wajah Jay yang lebih pucat dari biasanya, bahkan bibir lelaki itu pun berwarna kebiru-biruan.
"Maaf, aku nyusahin kamu terus." Jungwon menatap Jay dengan mata berkaca-kaca. Perasaan orang hamil memang sangat sensitif.
"Itu tau, makanya jangan manja jadi orang!" Jay justru membalas ucapan Jungwon kasar.
Jay menutup mulutnya dengan tangan saat merasakan sesuatu ingin keluar dari sana. Jay segera menaruh mangkuk bubur di ranjang dan berlari ke kamar mandi, sejak kemarin morning sickness-nya semakin parah.
Jay merasakan tangan hangat yang memijat tengkuknya dari belakang. Tanpa menoleh pun dia tahu kalau itu tangan Jungwon, Jay hanya hanya membiarkan saja pemuda itu memijat tengkuknya. Lagipula mereka sudah suami-istri, jadi apa yang harus dilarang?
"Kamu mual-mual terus?" Jungwon bertanya khawatir, pasalnya Jay bisa tumbang jika terus mengalami morning sickness. Padahal lelaki itu belum memakan apapun sedari tadi.
Jay terus memuntahkan cairan bening ke wastafel, dia bahkan tidak ingat sudah berapa kali dia masuk ke kamar mandi karena morning sickness yang merepotkan.
"Udah selesai?" Jungwon membantu Jay berdiri dengan memapah tangan lelaki itu di pundaknya. Jay menggeleng, dia masih mual.
Jungwon mengambil satu tangan Jay agar memegang perutnya, dia juga menggerakkan tangan Jay untuk mengusap perutnya.
"Sayang ... Kamu marah sama Papa karena dia kasar sama Mama? Udah ya marahnya, kasihan Papamu harus menahan mual di sekolah." Jungwon berusaha memberikan penjelasan pada janinnya yang bahkan baru masuk bulan kedua.
Jay menahan nafasnya saat kulit tangannya bersentuhan dengan perut Jungwon. Pemuda itu bahkan menyibak baju tidurnya untuk memasukan tangan Jay agar menyentuh perutnya secara langsung.
"Jay, ayo ngomong sesuatu." Jungwon menarik atensi Jay yang terdiam dengan mata yang terus menatap perut Jungwon.
"Ck, nggak jelas, gue mau sekolah." Jay ingin menarik tangannya, tapi Jungwon menatapnya sedih. Jay mendecak dan kembali mengelus pelan perut Jungwon.
"Hahh.." Jay menghela nafasnya.
"Lo mar—"
"Pakai aku-kamu," ucap Jungwon menyela.
"Maafin papa, oke? Papa mau berangkat sekolah, kita baikan aja, ya?" Jay mengucapkan itu dengan bermalas-malasan. Dia segera menarik tangannya dari perut Jungwon dan keluar dari kamar meninggalkan Jungwon seorang diri.
"Jay.." Jungwon memanggilnya.
"Hm." Jay hanya menghentikan langkahnya tanpa menoleh.
"Aku mau minta tolong lagi." Jungwon mendekat ke arah Jay dan menyelipkan selembar kertas resep ke tangan lelaki itu.
"Kamu belum tebus vitamin dan susu hamil dari dokter, tolong nanti pulang sekolah kamu tebus, ya." Jungwon berjinjit sedikit untuk mengecup pipi Jay. Dia langsung berbalik ke kamar tanpa melihat ekpresi Jay yang terkejut setengah mati.
Jay memegangi pipinya yang baru saja dicium Jungwon. Wajahnya menghangat, setaunya hormon orang hamil itu tinggi, dan Jay suka kalau Jungwon bertindak agresif padanya.
"Gila." Jay bergumam sambil membuka kertas yang diselipkan Jungwon.
Di sana tertulis beberapa vitamin dan susu hamil yang direkomendasikan oleh dokter kandungan tempat mereka periksa kemarin lusa. Jay tidak menebusnya langsung karena antrian waktu itu sangat panjang, dan dia tidak punya waktu sebanyak itu untuk menunggu.
"Gue tebus ini sendirian, kalo nanti ada anak sekolah yang liat gue gimana?"
Jay semakin melebarkan kertas itu, di sana ada satu kertas lagi yang dilipat sangat kecil. Jay rasanya ingin berteriak, ternyata kertas itu berisi beberapa kata yang ditulis Jungwon untuknya.
Semangat sekolahnya, Papa! Jangan lupa tebus vitaminnya <3
~JENTAKA~
Ga, aku gabisa diginiin. Mereka yang soft, kok aku yang melting?! 😭🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Jentaka ; Jaywon (DIBUKUKAN)
Fanfiction"Denger, ya. Gue cuma mau anak itu yang mati, bukan lo." *** Jungwon Baskara, siswa kelas 2 SMA, anggota ekskul taekwondo yang mumpuni dari segi kepintaran, juga merupakan murid beasiswa. Sebuah kejadian saat acara study tour membuatnya terancam dik...