3 / Panic

5.1K 654 91
                                    

~JENTAKA~

Srekk..
Buagh!

"Bajingan, brengsek!"

Jungwon mengelus-elus perutnya, berharap anaknya tidak mendengar ucapan yang keluar dari bibirnya. Kata orang-orang, kalau sedang hamil itu tidak boleh berbicara sembarangan. Karena nanti bisa saja apa yang kita katakan akan berbalik pada anak kita sendiri.

Jay memegangi perutnya yang habis ditendang secara brutal oleh Jungwon. Pemuda mungil itu benar-benar serius jika soal mencelakai dirinya. Jay menjadi lebih berhati-hati untuk memilih kata yang tepat dalam membicarakan rencananya.

"Hati kamu itu udah beku, ya? Omongan kamu jahat banget." Jungwon berkata sinis.

Jay bangkit sambil memegangi perutnya yang terasa kebas. "Terus mau lo gimana?"

"Aku mau pertahanin anak ini." ucap Jungwon mantap sambil tersenyum lebar. Lesung pipinya terlihat jelas, menambah kesan manis yang sudah ada.

"Fuck, Jungwon! Gue udah kehabisan akal buat nyuruh lo gugurin anak itu." Jay mengusak rambutnya frustasi.

"Lagian siapa yang suruh kamu bujuk aku?"

Jay mengambil kunci mobilnya yang sebelumnya tergeletak di lantai. "Sekarang terserah! Gue udah nggak mau urus lo sama anak di perut lo itu!"

Jay keluar dari kamar Jungwon dengan langkah kesal, wajahnya memerah karena frustasi. "Itu orang maunya apa coba, gue kasih duit banyak nggak mau."

"Jay, kamu berhenti atau aku bakal terjun ke lantai bawah!" Jungwon berteriak.

Jay menghentikan langkahnya, detik setelahnya berbalik dan mendekati Jungwon yang mencengkram pagar pembatas balkon.

Dia mencengkram lengan Jungwon dan menarik Jungwon kasar menjauhi balkon. "Denger, ya. Gua cuma mau anak itu yang mati, bukan lo."

Jungwon tertawa sarkas saat mendengar ucapan Jay. "Ya, nggak bisa begitu dong. Kalo anak ini mati, aku juga harus mati, biar impas."

"Lo gila!" sentak Jay mendorong kecil bahu Jungwon.

"Iya, aku gila! Kamu udah hancurin impian aku, kamu udah renggut semuanya dari aku. Lalu kamu dengan gampangnya minta anak ini mati?!" Jungwon berteriak ke arah Jay. Dadanya naik turun tidak karuan karena emosi.

"Jungwon!"

"Stop, kali ini biarin aku yang bicara!" Jungwon menyela.

"Sumpah, gue enek banget liat kelakuan lo yang kaya gini." Jay meludah ke samping. Saat dia ingin pergi, Jungwon berkata hal yang membuatnya terdiam di tempat.

"Kamu itu egois, Jay! Yang kamu takutin sekarang cuma masa depan kamu, sedangkan kamu udah ngerusak masa depan aku! Ini nggak adil, kamu cuma mau reputasi yang udah kamu bangun selama ini nggak hancur, tapi kamu udah buat aku hancur, Jay!"

Jungwon menangis tersedu-sedu. Isakan demi isakan itu terdengar dari bibirnya. Jungwon memegangi dadanya yang terasa sesak, kakinya sudah tidak mampu lagi menahan berat tubuhnya.

Berakhir dengan Jungwon yang bersimpuh di lantai dengan nafas yang tidak stabil. Dia terjatuh lumayan keras, tapi dia menumpukan kedua tangannya dan kembali berdiri untuk menuntut pertanggungjawaban.

Jay berbalik, dia melihat kondisi Jungwon yang memprihatinkan. Lihatlah pemuda itu dengan seragam sekolah yang basah, bahkan Jungwon hanya memakai celana training sebagai bawahan.

"Jay, d-darah .... "

Jay membolakan matanya, training yang dipakai Jungwon berwarna putih. Oleh karena itu, noda darahnya sangat tercetak jelas. Dari bagian selangkangan Jungwon sampai ke mata kaki, darah itu mengalir membuat training Jungwon berubah warna.

Jay dengan sigap menahan tubuh Jungwon yang ingin tumbang ke belakang, dia menaruh tangannya di bawah kepala dan lutut Jungwon. Kemudian Jay menggendong Jungwon ala brydal style menuju mobilnya yang ada di depan gang.

"Tenang, jangan panik. Anak kita pasti baik-baik aja."

Jay berkata sebelum menancap gas menuju rumah sakit terdekat. Jungwon menoleh ke arah Jay, tadi dia bilang apa?

Anak kita...

Mungkin efek dari tubuhnya yang lemas, makanya dia sampai berhalusinasi seperti itu. Jungwon memejamkan matanya dan sesekali meringis merasakan keram di perutnya. Padahal ucapan Jay tadi bukan sebatas imajinasinya saja.

"Jungwon, lo denger gue?"

Jungwon menjawab dengan anggukan, matanya masih terpejam rapat. Tapi sepertinya rasa sakit itu mulai terasa menusuk perutnya dari dalam, Jungwon akhirnya memilih untuk mengakhiri rasa sakit itu sendirian.

***

"Jay, gue mau ngomong sama lo."

Seorang dokter muda terlihat sangat akrab dengan Jay, dia bersedekap dada dan menggiring Jay menuju ruangannya yang ada di ujung koridor.

"Kelamaan, itu gimana kondisi orang yang di dalem?" Jay bertanya di tengah perjalan.

"Gue bukan dokter kandungan, tapi sumpah sih dia hebat banget bisa bertahan. Harusnya anaknya itu udah nggak bisa diselamatin, apalagi umurnya masih rentan banget sama benturan."

Dokter dengan nametag Eunwoo Argananta, terlihat mengagumi semangat hidup janin itu.

"Kalau boleh tau, emangnya dia ada hubungan apa sama lo? Kayaknya muka lo tampyas banget, khawatir apa panik?"

Jay langsung menormalkan raut wajahnya, dia ganti menatap Eunwoo datar. "Gimana, ya, jelasinnya. Gue bingung."

Eunwoo membuka pintu ruangannya, detik selanjutnya melebarkan mulut dan menunjuk Jay. "Oh, gue tau. Jangan-jangan itu anak-"

Jay langsung membekap mulut Eunwoo dan masuk ke dalam ruangan lelaki itu. "Jangan bacot, bangsat. Iya itu anak gue, jangan cepu sama bokap gue!"

Jay menekankan perkataannya. Dia baru melepaskan bekapan pada mulut Eunwoo saat setelah menutup pintu.

Eunwoo menggelengkan kepalanya. "Jay, gue nggak pernah ngajarin lo buat nyelakain orang. Apalagi anak lo sendiri, ini gue yakin pasti lo yang sengaja bikin anak lo ilang."

"Mana ada, ya. Gue nggak tau apa-apa, orang tiba-tiba berdarah gitu, gue panik ya gue bawa aja kesini." Jay ikut duduk di sofa yang ada di sana, Jay menutup matanya dengan telapak tangan.

Dia juga bingung dengan reaksinya sendiri, kenapa dia menjadi khawatir dengan janin di perut Jungwon? Padahal dia yang bersikeras untuk menggugurkan janin itu, tapi kenapa dia sekarang malah takut kehilangan?

Ah, pasti otaknya sedang kacau.

"Ngeles aja lo. Btw, pacar lo mungil banget. Pas buat gue peluk kalo mau tidur." Eunwoo menaik turunkan alisnya, menggoda Jay agar cemburu.

"Silahkan, tapi lo udah ketinggalan jauh. Di perutnya udah ada benih gue, bro." Jay berkata sombong.

"Anak diluar nikah aja bangga." Eunwoo mencibir.

"Oh, gampang. Ntar gue nikahin, biar lo puas."

~JENTAKA~

Gimana sih, kemaren katanya nggak siap jadi orang tua. Eh, sekarang bilangnya mau nikahin Jungwon 😐

New character

New character

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dr. Eunwoo Argananta

Jentaka ; Jaywon (DIBUKUKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang