~JENTAKA~
Di sini mereka sekarang, mengantri di sebuah food court yang ada pada tempat rekreasi yang sangat ramai di Jakarta. Sebenarnya bukan mereka, tapi Heeseung yang mengantri. Jungwon sedang duduk manis sambil menyeruput teh botol dan memakan sosis bakar di tangannya.
Jungwon memperhatikan Heeseung yang sedang memilih varian dimsum untuknya, lelaki itu membeli cukup banyak. Jungwon hitung dari kantung plastik yang Heeseung bawa, kira-kira ada tiga bungkus, masing-masing berisi lima buah dimsum.
Jungwon tersenyum sangat lebar, dia menerima plastik pemberian Heeseung.
"Kenapa pilih tempatnya jauh banget sampe masuk ke Kalijodo sih?" Jungwon merenggut saat mereka berjalan menjauh dari area food court.
"Sekalian cari angin." Heeseung menuntun mereka untuk duduk di atas rerumputan.
Jungwon menurut saja saat Heeseung mensriknya. Dia membuka kantung plastik dan mengambil dimsumnya untuk dimakan sekarang.
Jungwon makan dengan lahap, sampai lima buah dimsum itu sudah habis dia makan. Dia membuka satu lagi mika pembungkus dimsum dan menyodorkan satu dengan sumpit ke mulut Heeseung.
"Kamu mau?"
Heeseung membuka mulutnya, Jungwon menyuapkan satu buah dimsum yang masih utuh. Setelah itu Jungwon kembali fokus memakan sisa dimsum yang lain, matanya mengawasi tiap orang yang berlalu lapang di depan.
Satu yang menarik pehatiannya, sebuah keluarga yang sedang mengadakan kemah kecil-kecilan dengan menggelar tikar di atas rumput. Mereka makan dengan sangat harmonis, si kepala keluarga sesekali menyuapi istrinya dan sang istri yang sibuk menyuapi anak mereka yang masih kecil.
Jungwon terus memperhatikan keluarga, hingga anak kecil itu justru ingin menghampirinya. Jungwon melebarkan tangan saat sang anak mulai mendekat sambil menenteng mainan gelembungnya.
"Sini duduk bareng kakak, ya." Jungwon memangku anak itu dan menawarkan dimsumnya, anak itu mengangguk antusias dan mengambil dimsum di tangan Jungwon.
Orang tuanya yang hanya berjarak dua meter dari tempat duduk Jungwon hanya membiarkan anak mereka. Anaknya itu sudah sekali diatur, makan saja kabur-kaburan seperti itu.
"Nama kamu siapa?"
Anak itu menjawab dengan mulut yang penuh. "Leo, ta."
"Nama kamu Leo? Ah, gemasnya..." Jungwon mencubit pipi Leo yang gempal. Dia bahkan tidak menyadari kalau orang tua Leo sudah berada di dekatnya.
"Leo, kamu merepotkan kakak itu, ya?" Ibunya berjongkok dan menggendong Leo.
Leo menggeleng dalam gendongan ibunya, dia menunjuk perutnya sendiri. "Ndaa, tata ntu beyi tue banaa!"
"Kue apa?" Si suami bertanya pada Jungwon, takutnya Jungwon mempunyai niat jahat pada anaknya.
"Bukan kue, tadi saya memberi Leo dimsum." Jungwon menjawab dengan ramah.
"Apa Leo punya alergi terhadap ayam atau udang?" Jungwon bertanya ragu, bodohnya dia asal memberikan makanan pada anak kecil.
"Untungnya tidak." Ibunya menjawab, dia berdiri disusul suaminya yang juga berdiri.
"Maaf kalau Leo merepotkan, dia pasti menganggu acara kencan kalian."
Heeseung mengulas senyum lebar, dan merangkul Jungwon. "Nggak juga, kak. Kita emang mau have fun di sini."
Jungwon mencubit pinggang Heeseung, lelaki itu mengaduh dan sedikit menjauh dari Jungwon.
"Astaga, kalian romantis sekali!" Ibu Leo memekik gemas sambil meremas tangan suaminya.
Suaminya meringis, dia juga menahan malu karena beberapa pengunjung menoleh ke arah mereka.
"Semoga kalian langgeng sampai pelaminan, terus dapat anak yang sama imutnya kayak kamu!" Pipi Jungwon diunyel-unyel oleh ibu Leo. Wanita itu terlampau gemas dengan pipi Jungwon yang semakin berisi semenjak hamil.
"T-tapi kita bukan—"
"Kalau nanti kalian menikah, jangan lupa undang kami!" Suaranya menggelegar, meski jarak sudah memisahkan mereka. Suaminya menarik tangan ibu Leo menjauh, istrinya tidak bisa dibiarkan berlama-lama di sana.
"Nah, dengerin. Kita itu cocok jadi suami-istri, emang ya muka gue itu dewasa banget sampe cocok jadi bapak." Heeseung berujar sombong. Jungwon menginjak kakinya kesal.
"Kita nggak pacaran, Heeseung!"
"Bukan nggak, tapi belum. Ayo, mau kapan gue lamar?" Heeseung kembali menggoda.
Dia kira Jungwon akan marah atau menimpuknya dengan batu, tetapi pemuda itu justru kembali duduk dan menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Heeseung yang panik ikut berjongkok di depan Jungwon.
"Kok nangis? Gue salah apa?" Heeseung menyingkirkan tangan Jungwon, dia mengelap air mata Jungwon dengan ibu jarinya.
"Hiks, aku juga nggak tau kenapa." Jungwon menangis semakin deras. Heeseung menarik Jungwon pada pelukan penenang, diusapnya punggung pemuda itu lembut.
"Jay hiks." Jungwon meracau.
Heeseung menghentikan aktivitasnya. "Kenapa sama Jay? Lo diapain sama cowok brengsek itu? Bilang sama gue, biar gue kebiri sekalian."
"Jangan hiks, Heeseung jahat banget sama Jungwon!"
Tolong jelaskan dimana letak kesalahan dan dosa Heeseung, terimakasih.
"Iya nggak, lo kenapa jadi cengeng gini? Udah diem, nanti kita beli dimsum lagi, mau?"
Berhasil, Jungwon menghentikan tangisannya. Dia menatap Heeseung berbinar.
"Aku nggak mau dimsum, mau ayam geprek aja boleh?"
"Iya, boleh. Apa aja, selagi perut lo muat." Heeseung mengelus pangkal kepala Jungwon dengan senyuman yang lebar.
Jungwon mengelap kasar pipinya yang basah, pokoknya hari ini dia mau makan banyak. Dalam hati dia sedih karena justru yang menuruti ngidamnya Heeseung, bukan Jay. Padahal Heeseung bukan siapa-siapanya, tapi Jay yang suaminya justru bersikap acuh.
"Btw, omongan ibu tadi nggak mau lo pikirin?" Heeseung berkata ditengah jalan.
"Yang mana?"
"Soal pelaminan itu."
"Kamu jangan ngaco." Jungwon tertawa, lebih tepatnya menertawai ucapan Heeseung.
"Serius, Jungwon. Gue ada niat serius sampai ke sana, tapi kalau lo pengen kita pacaran dulu sih gapapa." Heeseung menghadapkan Jungwon ke arahnya. Pemuda itu terlihat terkejut karena tindakan Heeseung yang tiba-tiba.
"M-maksud kamu?" Jungwon tergagap.
"Jungwon Baskara, will you be mine?"
~JENTAKA~
Sebenernya aku nggak ada mood buat update cerita ini. Kalian sadar nggak sih kalau cerita sebelah nggak ada? Aku nggak pernah unpublish sama sekali, pasti ada yang report.
Apa aku vakum dulu aja buat nenangin diri? Menurut kalian gimana? Aku beneran butuh support kalian..
KAMU SEDANG MEMBACA
Jentaka ; Jaywon (DIBUKUKAN)
Fanfiction"Denger, ya. Gue cuma mau anak itu yang mati, bukan lo." *** Jungwon Baskara, siswa kelas 2 SMA, anggota ekskul taekwondo yang mumpuni dari segi kepintaran, juga merupakan murid beasiswa. Sebuah kejadian saat acara study tour membuatnya terancam dik...