27 / Offended

2.9K 444 51
                                    


Vote dan komennya jangan lupa :)

~JENTAKA~

Dari sekian banyaknya pertanyaan yang terlintas di benak Jungwon, terdapat satu yang paling ingin dia ungkapan saat ini. Apakah suaminya berniat bunuh diri? Manusia normal mana yang menghabiskan hampir 24 jam waktunya di kantor tanpa istirahat?

Belum lagi Jay langsung memeluknya erat setiap kali pulang. Itu membuat Jungwon lebih khawatir, tapi Jungwon tidak bisa melakukan apapun selain mengalungkan tangannya ke punggung kekar Jay dan mengusapnya guna menyalurkan ketenangan.

"Kamu kenapa?" Akhirnya Jungwon berani bertanya.

"Capek, hari ini banyak banget urusan," jawab Jay semakin mempererat pelukannya. Akhir-akhir ini Jay lebih suka menguapkan seluruh rasa lelahnya dengan usapan tenang Jungwon di punggungnya.

"Mau cerita?"

Jay menggeleng, dia tidak mau membebani Jungwon dengan pekerjaannya. Biar dia saja yang memikirkan segalanya, Jungwon hanya perlu memastikan kalau anak mereka baik-baik saja.

"Aku buatin teh hangat, ya?"

"Nggak usah, ayo tidur aja." Jay merebahkan tubuh mereka ke ranjang masih sambil memeluk Jungwon, tapi kali ini dari belakang.

"Baby J lagi apa di dalam?" Jay bergumam di telinga Jungwon.

"Tadi sore sih bilangnya kangen sama kamu, tapi sekarang udah tidur," ujar Jungwon mengada-ada.

"Nak, katanya kamu udah tidur. Bener nggak?"

Dugg..

"Bohong, tuh masih nendang." Jay mengelus perut Jungwon dengan tangannya dan menciumi tengkuk Jungwon.

Jungwon mendengus, anaknya itu tidak bisa diajak bekerja sama. Padahal dia bicara begitu agar Jay lebih banyak waktu untuk dia dan anaknya. Belakangan ini Jay mulai sangat sibuk dengan urusannya membantu Papa mertuanya di kantor, katanya sih sekalian belajar supaya nanti tidak kaget saat memimpin salah satu cabang.

"Kamu tidur, Jay." Jungwon berkata kasihan, dia hanya tidak ingin Jay sakit karena telalu memforsir tubuhnya.

"Iya, aku tidur. Masih ada empat jam sebelum aku pergi lagi."

Jay tidak tahu, akibat perkataannya itu Jungwon menjadi sedih. Entah ada masalah apa yang disembunyikan Jay darinya, tapi Jungwon hanya bisa berharap itu segera selesai.

"Kamu nggak mau cerita sama aku, Jay?" Jungwon mengulang pertanyaannya.

"Intinya sekarang lagi ada masalah di kantor, biasa masalah bisnis. Banyak yang mau jatuhin perusahaan Papa dengan segala cara, tapi tenang aja, aku sama Papa hampir selesain ini."

Jungwon mengangguk, matanya mulai memberat. Itu karena sekarang sudah pukul tiga pagi, dan dia terbangun karena Jay yang memeluknya.

Jay merasa Jungwon sudah diam, dia melihat wajah Jungwon yang tampak damai dengan mata terpejam rapat. Rona merah di pipi Jungwon sangat memancing Jay untuk mengecupnya.

Cup..

"Selamat tidur, dua kesayangannya Jay."

***

Jungwon terbangun pukul delapan pagi dengan sisi sebelahnya yang kosong. Jay pasti sudah pergi sejak satu jam yang lalu, tapi sama sekali tidak membangunkannya. Sebenarnya Jungwon bisa saja merengek pada Jay agar tetap di rumah dan menemaninya seharian penuh, tapi dia harus bisa mengerti kesibukan Jay dan menghargai usaha lelaki itu untuk masa depannya nanti. Pasti Jay berusaha mati-matian agar perusaan Papa mertuanya tetap berjalan normal.

Jentaka ; Jaywon (DIBUKUKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang