49 / Germany

2.1K 325 78
                                    

Thanks 30k pembacanya <3

~JENTAKA~

Belakangan ini semuanya mulai membaik, berita mereka hanya muncul sewajarnya saja. Jungwon merasa itu adalah hal yang bagus untuk kelangsungan hidupnya. Berbulan-bulan terkekang dan tidak bisa menghirup aroma kebebasan dengan tenang, sekarang mulai ada sedikit kelonggaran.

Sebenarnya berita mereka sudah mengendur saat bulan-bulan pertama. Tapi, karena selalu ada celah dimana keseharian mereka terliput, pasti ketiganya kembali menjadi buah bibir. Sangat sulit membuat stigma yang baik di mata masyarakat Indonesia.

Siapa yang bilang hidup menjadi sorotan adalah hal mudah?

Jungwon jelas merasakan bagaimana sulitnya hidup terliput kamera. Baginya yang biasa hidup bebas, tentu saja ini sangat merepotkan. Untungnya dengan beberapa konten yang mereka buat di akun sosial media, masyarakat mulai menerima kehadiran dirinya dan Jean meski melalui stigma buruk pergaulan bebas.

"Papa kamu lagi apa, ya? Kok udah jam segini belum kasih kabar."

"Papapa~"

"Kita telfon aja, yuk!" Jungwon berkata antusias pada Jean. Hampir seharian ini Jay tidak memberi kabar pada mereka berdua. Padahal kesepakatannya adalah, Jay harus menelfon atau memberi kabar tiga kali sehari lewat pesan singkat jika memang sedang sibuk.

"Tapi ganggu nggak, ya, kalo kita telfon Papa?"

Sudah beberapa hari semenjak Jay pergi untuk business trip ke kota pahlawan, Surabaya. Awal-awal memang Jay rutin menelfon atau memberi kabar pada mereka, sesekali juga mengirimkan foto selca saat dirinya menggunakan pakaian formal. Cih, narsis.

Tapi sekarang.. Jangankan menelfon, mengirim chat saja sudah jarang sekali. Paling hanya beberapa saat menanyakan Jean, atau mengingatkan soal makan.

"Kamu kangen Papa, sayang?" tanya Jungwon karena Jean ikut memegangi ponselnya. Padahal Jungwon belum menekan ikon telfon, dia masih ragu, takut kalau justru dia menganggu Jay di sana.

"Oke, kita telfon Papa.. Tapi jangan nangis kalau nggak diangkat, ya? Mungkin Papa lagi sibuk cari uang buat Jean."

Jungwon menspeaker panggilan video itu, agar Jean juga bisa mendengar suara Papanya. Anaknya itu rewel sejak tadi karena rindu Papanya, jadi ini adalah alternatif terbaik untuk mengatasi kerewelan Jean.

"Jungwon?"

Sang pemilik nama mengulas senyum lebar saat namanya dipanggil oleh lawan bicara. Jungwon mengarahkan kamera agar Jean serta dirinya bisa terlihat memenuhi frame.

"Kamu lagi sibuk?" Meski banyak pertanyaan yang ingin menyeruak keluar, nyatanya Jungwon justru menanyakan kesibukan Jay.

"Ini baru aja keluar dari mobil. Maaf kalau aku jarang ngasih kabar ke kalian." Jay terlihat tidak tenang melirik kesana kemari. Dari sikapnya yang seperti itu, entah kenapa Jungwon sulit untuk percaya.

"Jean katanya kangen banget sama kamu." Jungwon putuskan untuk tidak ambil pusing soal gelagat Jay.

"Jean atau kamu yang kangen?" Jay menaikan alisnya menggoda.

"Aku juga, sih. Kapan pulangnya?"

"Sebelum natal, paling lambatnya mungkin malam natal." Terlihat ragu, Jay tidak bisa menentukan kepulangan tercepatnya.

"Bener, ya? Malam Natal kita nanti berdoa bareng di rumah, paginya ke gereja. Aku udah hias pohon natal yang ada di kamar loh.. Jangan sampe kamu langgar janji!" ancam Jungwon menyipitkan mata. Bukannya takut, justru Jay berharap bisa teleportasi untuk menciumi wajah Jungwon yang terlihat menggemaskan.

"Iyaa, sayang."

"Jean, apa kabar kamu?" Jay berganti lawan bicara dengan Jean yang sibuk mengigit dot susu di tangannya. Jean melambaikan tangan ke arah kamera yang disambut gelak tawa dari sang ayah yang merasa ditanggapi sapaannya.

"Papa~"

"Iya. Ini Papa, sayang. Jean baik-baik di rumah, ya? Jadi anak pintar. Papa selalu berdoa yang terbaik buat kamu."

"Jay aku mau jujur sama kamu." Jungwon menengahi pembicaraan Jay dengan Jean.

"Apa?"

"Semenjak kamu pergi ke Surabaya, perasaan aku nggak enak banget. Mama Yoon udah bilang kalau aku jangan terlalu overthinking, tapi sampai sekarang masih sama, Jay," ungkap Jungwon jujur. Perasaan ini menghantui akal sehatnya.

"Emangnya apa yang kamu pikirin?" tanya Jay lembut.

"Kamu. Aku ngerasa berat setiap inget kamu, aku nggak tau ini firasat atau apa. Tapi, aku takut kalau ini pertanda buruk."

Jay sempat bergeming sebentar, panggilan di mute untuk sementara dan kamera pun ditutup dengan tangan. Entah apa yang sedang Jay lakukan di sana, yang pasti itu tidak boleh di lihat ataupun di dengar oleh Jungwon. Beberapa menit, sampai wajah Jay kembali terlihat pada layar.

"Terus, kamu mau aku gimana?"

"Tiga hari lagi Natal, aku mau kamu pulang besok atau paling lambat lusa sore." Akhirnya, keputusan itu yang Jungwon ambil.

"Oke, akan aku usahain pulang lusa sore. Kamu tenang aja, aku baik di sini. I love you, dua kesayangannya Jay!"

"Love you too, sehat-sehat di sana. Jangan sampai telat makan, apalagi kecapean. Awas aja kalau pulang nanti malah sakit, aku tendang keluar rumah."

Jay sempatkan untuk tertawa karena perkataan Jungwon. Dia melambaikan tangan dan menutup panggilan video itu dengan senyuman lima jari. Begitu juga Jungwon yang menggunakan tangan Jean sebagai lambaian.

Tingg..

You have a new massage!

Unknown
| Let's go to Germany, i want to meet Jean at Christmas.

Jungwon menekan notifikasi pesan itu dengan tatapan tanya. Lantas dia beralih pada Jean yang sedang berjalan menuju televisi--ralat, menuju rak bawah televisi untuk mengambil mainannya.

"Jean," panggil Jungwon pada anaknya. Jean menoleh ke arah Jungwon dan berjalan mendekati ibunya. Masih dengan mainan yang tersampir pada tangan mungilnya.

"Kamu suka salju? Kalau Natal nanti kita ke Jerman, bagaimana?"

Jean terdiam. Mungkin dia mencoba memahami kosakata Jungwon yang begitu rumit, lama dia di posisi itu tapi tak kunjung mengerti.

"Salju ... Nanti Jean bisa buat boneka besar!" Jungwon memperagakan boneka dengan tangannya.

"Neta?" Jean mengikuti gerakan Jungwon.

"Iya, boneka.."

Jean mengerti, dia tertawa dan menunjukkan deret gigi putihnya yang sudah lengkap. Dia bertepuk tangan heboh, mungkin itu berarti Jawaban adalah iya. Jean sering menonton kartun dengan latar salju, mungkin dia sudah tanggap dengan apa yang sedang dibicarakan Jungwon padanya.

"Nanti kita ke Jerman sama Papa, ya?"

Jungwon menekan notifikasi tadi dan mengetik beberapa kata balasan. Hubungan keduanya memang tidak terlalu baik, tapi Jean harus mengetahui siapa orang ini sebenarnya.

You
| I will come with my son and husband

~JENTAKA~

Kurang dari 5 chapter lagi untuk menemukan kata "End" :)

Udah ada yang bisa nebak endingnya gimana? Coba sampaikan disini, aku mau tau gimana prediksi kalian!

Jentaka ; Jaywon (DIBUKUKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang