40 / The Day

2.9K 383 90
                                    

~JENTAKA~

"Eh, lo mau ke kantin nggak, Dir?"

Haechan menggeplak bahu Jay dari belakang sambil berjalan ke depan kelas yang sudah sepi. Semua penghuninya sedang berkerumun di kantin untuk mengisi perut. Hanya tinggal mereka berdua sebagai murid terakhir yang ada di dalam sana. Haechan si 'murid teladan' tentu saja lebih memilih untuk menyalin pekerjaan rumah yang akan dikumpulkan sehabis jam istirahat.

"Males, tapi yaudahlah ayuk ke kantin."

Jay bangkit dari duduknya dan berjalan mendahului Haechan menuju kantin sekolah yang ada di lantai dasar. Dia malas pergi ke kantin karena harus naik turun tangga jika ingin makan.

"Dira, gue lupa bawa duit. Lo bayarin gue, ya." Haechan tersenyum-senyum seperti orang bodoh pada Jay. Niatnya mengajak Jay untuk memalak lelaki itu karena uangnya tertinggal di rumah tadi pagi.

"First, panggil gue Jay jangan Dira." Jay mengeluarkan dompetnya dan mengambil selembar uang pecahan seratus ribu. Jay menyodorkan uang itu ke Haechan yang disambut dengan gerakan cepat.

"Sok western lo jing, tapi thanks duitnya. Lo mau beli apaan? Gue yang jalan nih." Haechan mengantongi uang itu dan bertanya pada Jay.

"Samain aja. Minumnya es jeruk anget, ya."

Haechan tampak berfikir sebentar, otaknya yang dibawah kapasitas normal sulit untuk mencerna perkataan Jay. Perlu beberapa detik untuknya menyadari ketololan Jay.

"ES MANA ADA YANG ANGET BEGO?"

"Lah, nggak usah ngegas, bro. Yaudah apa aja yang penting dingin. Cepetan." Jay mendorong Haechan agar menghilang dari hadapannya.

Jay merogoh saku baju seragam dan mengeluarkan earphones beserta ponselnya. Jay membuka layar kunci, lalu beralih pada aplikasi whatsapp untuk melakukan panggilan video dengan Jungwon.

Perlu beberapa detik sebelum panggilan itu terhubung. Wajah Jungwon langsung terlihat memenuhi layar ponsel Jay. Membuat Jay tersenyum lebar sambil melambaikan tangan.

"Kamu ngapain telfon aku?" Jungwon terlihat sedang mengunyah sesuatu.

"Pengen aja. Emangnya nggak boleh?" Jay balik bertanya.

"Bukan begitu. Cuma aku takut ganggu kamu belajar." Jungwon tersenyum lebar. Pipinya menggembung karena masih berisi makanan.

"Semuanya aman, 'kan? Mama gimana, dia katanya mau ambil cuti itu beneran?" Jay menoleh ke sekelilingnya, memastikan kalau tidak ada yang sedang menguping pembicaraan antara mereka.

"Mama ada kok di kamarnya. Aku sekarang lagi di dapur, abis ngerepotin Bi Yuni buatin kentang goreng." Jungwon membalik kamera ponselnya, memperlihatkan satu piring porselen berisi kentang dan saus tomat.

"Kamu jangan makan aneh-aneh. Kalo ada apa-apa langsung telfon aku, ya?" Jay berkata cemas.

"Iya, kamu kenapa keliatan khawatir banget sih? Hari persalinan aku masih dua minggu lagi, Jay."

Jay mengulum bibirnya ke dalam. Sejak berangkat sekolah tadi pagi perasaannya sudah tidak enak. Sesuatu tentang Jungwon hari ini selalu membuatnya cemas. Jay tidak mengerti, padahal Jungwon terlihat baik-baik saja. Mungkin dirinya saja yang terlalu overthinking.

"Nggak, aku cuma tanya aja. Hari ini aku punya feeling nggak enak banget, makanya aku khawatir sama kamu," ujar Jay jujur.

"Kurangin khawatir kamu, aku nggak apa-apa. Jangan sampai fokus kamu belajar terbelah dua, ingat harus dapat nilai bagus tahun ini!" Jungwon mengingatkan Jay tentang perjanjian mereka. Dimana Jay akan mengumbar hubungan keduanya pada publik jika dia berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan.

Jentaka ; Jaywon (DIBUKUKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang