22 / Boy

3.4K 512 53
                                    

Pagii :))

Chapter pertama dari update yang aku janjiin. Sebelum baca, vote dulu.

~JENTAKA~

Jungwon keluar dari kamar dengan setelan hoodie hitam yang menutupi perutnya, meski itu sedikit tidak berguna karena perutnya tetap terlihat besar sekarang. Untuk celana dia memakai celana bahan yang tidak ketat dan tidak menciptakan bekas pada perutnya.

Penampilannya yang seperti itu seperti anak SMP yang sedang ikut pamannya. Jay menjadi seperti om-om yang sedang menculik anak kecil daripada suami yang sedang menemani istrinya cek kandungan.

"Kalau nanti ada anak sekolah yang liat, gimana?"

Jungwon menyampaikan alasan kegelisahannya selama perjalanan menuju rumah sakit. Jay tetap fokus pada kemudi dan menjawab pertanyaan Jungwon.

"Ya gitu," jawab Jay asal.

"Ihhh, Jay nyebelin banget sih?!" Jungwon memukul bahu Jay dengan kencang.

"Aduh-aduh, diem Jungwon! Lo mau kita kecelakaan?" Jay berusaha menstabilkan arah mobilnya yang sempat oleng sebentar larena perbuatan Jungwon.

"Abisnya kamu nyebelin!" Jungwon bersedekap dada dan membuang muka ke luar jendela.

"Jangan marah mulu. Kata Mama kalo lagi hamil itu harus happy kiyowo, jangan sambat terus."

Jungwon menarik sebuah senyuman paksa dan memamerkan itu ke Jay. "Nih, aku senyum. Puas kamu?"

***

Jungwon meremas tangan Jay yang duduk di sebelahnya. Pandangannya terus menunduk memperhatikan lantai putih yang dingin. Jungwon merasa gugup dan takut karena perhatian sebagian orang mengarah pada dirinya dan Jay.

Padahal penampilannya tidak menarik perhatian, tetapi mereka semua seperti ingin memakannya utuh. Jay menyadari kegugupan Jungwon, lelaki itu menggenggam tangan Jungwon dan menumpukan kedua tangan mereka yang saling menggenggam di atas perut besar Jungwon.

"Jangan peduliin mereka," bisik Jay di telinga Jungwon.

Jungwon mengangguk pelan, dia mengangkat wajahnya dan menatap balik Jay.

"Kasihan, ya. Lihat tuh, mereka masih muda tapi sebentar lagi punya anak."

"Pergaulan anak sekarang makin nggak bener, katanya sih pacaran. Eh, taunya kebablasan sampai hamil."

"Pasti itu anak hubungan sebelum nikah, wajah mereka aja tipikal anak sekolah gitu."

"Ngeri, ya. Aku aja baru menikah di umur 25, lah anak sekarang bahkan ada yang 17 tahun udah jadi janda."

Jay memperhatikan wajah Jungwon yang sedang berusaha tegar dan tidak menangis. Dia tahu kalau kata-kata itu untuk menyindir mereka berdua, tapi Jay lebih bisa mengontrol diri dibanding Jungwon yang terbawa sampai hati.

Jadi, seperti ini hal yang setiap bulannya harus Jungwon dengar? Pembicaraan tidak berbobot dari masyarakat untuknya, lalu hinaan serta sindiran yang selalu menyertai langkahnya. Dan lebih parahnya lagi, semua itu Jungwon hadapi sendirian. Tanpa sesosok suami atau orang yang mendampingi serta menjadi tameng untuknya.

Seberat itu. Pasti itu bukanlah hal yang mudah, dalam hati Jay sedikit menyesali perilakunya yang tidak pernah meluangkan waktu untuk menemani Jungwon selama ini.

Jay menarik Jungwon dan membiarkan pemuda itu melepas tangisan ke dadanya. Meski tanpa suara, Jay tahu kalau Jungwon sedang menangis. Itu karena kemejanya yang basah dan bahu pemuda itu yang bergetar.

Jentaka ; Jaywon (DIBUKUKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang