"Gosip hari ini. Dikabarkan pindah ke sekolah biasa, anak pengusaha terkenal asal ibukota ini mengaku sudah menikah dan mempunyai anak berusia sembilan bulan pada awak media."
Jungwon melirik keberadaan televisi di ruang keluarga yang dibiarkan menyala begitu saja. Dia sedang membuat susu untuk Jean yang menunggunya di meja makan. Jungwon mendekat dan membesarkan volume televisi agar lebih leluasa mendengar berita yang disiarkan.
"Jay Artabagus Dira atau yang biasa publik kenal dengan nama Jay, kembali menjadi perbincangan hangat setelah sempat menghilang dari sorotan media. Segala artikel dan gambar yang berhubungan dengan anak pasangan Jimin Artabagus Yesa dan Yoongi Simbolon ini dihapus permanen dan tidak lagi ditemukan dalam web pencarian."
Begitulah sekiranya berita yang terdengar dari benda pipih berukuran 50 inch tersebut.
Jungwon memberikan botol susu ukuran sedang itu pada Jean yang menyambutnya dengan antusias. Jungwon mengangkat Jean dari bangku menuju sofa di depan televisi ruang keluarga.
"Sekarang, secara mengejutkan namanya menjadi trending topic dan memenuhi kolom pencarian di segala aplikasi sosial media. Pengakuannya bahkan sudah mengundang banyak kontroversi di kalangan businessman dan crazy rich Indonesia."
"Bersama kita lihat, video resmi yang menayangkan saat Jay menyebutkan nama istri serta anaknya yang belum pernah tersentuh media."
Jungwon memasang telinga baik-baik saat berita itu menayangkan Jay serta Yoongi yang dikerubungi oleh media massa. Mama mertuanya itu memang hebat, bisa menyogok banyak pihak untuk menutupi pernikahannya dengan Jay selama ini. Tapi, hari ini Yoongi membiarkan dirinya dikerubungi oleh kamera.
"Saya sudah menikah. Untuk kamar itu ditempati istri saya yang baru saja melahirkan anak kami tanpa cacat suatu apapun, nama istri saya Jungwon Baskara. Saya tidak menerima hinaan untuk istri saya di sini, jadi tolong jaga sikap kalian,"
Jungwon mencium kening anaknya yang merengek ingin turun ke karpet bulu di bawahnya. Dia menurunkan Jean ke bawah, dan membiarkan anaknya itu merangkak mengambil mainannya yang memang masih berserakan di karpet.
"Lalu, siapakah nama anak kalian yang sekarang sudah menginjak usia sembilan bulan?"
"Jean, Jean Artabagus Nata. Kalian akan melihat wajahnya secepatnya, saya akan mengumbar mereka ke publik dalam waktu dekat ini."
Jay menepati janjinya. Suaminya itu sudah secara terang-terangan memberikan nama Jean serta nama dirinya pada publik. Hanya tinggal menunggu waktu sampai wajahnya dan wajah Jean ikut tersiar di tiap berita gosip.
"Pagi, sayangnya Jay."
Jay mengecup pipi Jungwon dari samping dan beralih pada Jean yang sedang menyedot susunya sambil bermain. Jay mengangkat Jean dan menghadiahi ciuman di sekujur wajah anaknya.
"Habis ini jadi liat rumah kita, 'kan?" tanya Jungwon tak mengalihkan perhatian dari tv.
"Iya, semuanya udah 90% selesai. Bulan ini kita udah bisa pindah ke sana bareng Jean," jawab Jay sambil menjahili Jean dengan mengambil botol susu anaknya dan menyembunyikannya dibalik punggung.
"Kira-kira siapakah sosok yang disebut-sebut menjadi sumber segala skandal yang menimpa keluarga Artabagus? Kita akan segera mengetahuinya."
Jay baru menyadari berita yang sedang tayang di televisi. Dia segera merebut remot di genggaman tangan Jungwon dan menekan tombol power agar istrinya itu tidak menonton berita yang menjelek-jelekan dirinya sendiri.
"Sekarang aja yuk kita berangkat, nanti katanya kamu mau mampir ke panti asuhan tempat kamu tinggal dulu, 'kan?" Jay mengalihkan perhatian Jungwon.
"Boleh, aku ambil perlengkapan Jean dulu sebentar." Jungwon beranjak dari duduknya untuk mengambil tas berisi perlengkapan bayi yang sudah ia siapkan. Tas itu adalah tas yang tidak terlalu besar, ukurannya tidak membuat ribet.
Mereka berjalan beriringan menuju halaman depan. Jay semalam memarkirkan mobilnya di sana. Jay masuk, disusul Jungwon di kursi sebelahnya. Jean duduk pada pangkuan Jungwon, di tangannya ada dua mainan untuk Jean yang suka menggigit.
"Barang-barang kamu udah dipindahin semuanya?"
"Sebagian udah, waktu itu kamu bilang katanya jangan bawa semuanya. Soalnya mau kamu isi sama yang baru, gimana sih?"
"Aku cuma tanya, Jungwon." Jay memutar kemudi ke arah kanan.
"Mama~" Perhatian Jungwon diambil oleh Jean yang memanggilnya.
"Iya, kenapa nak?"
"Mamamama~"
"Jahil, ya?" Jungwon mencubit pipi Jean gemas. Anaknya sudah pandai mengucapkan Mama dan Papa, meski kadang sering salah ejaan. Contohnya; Mumu.
"Kita udah sampai, Jean jangan sampai tidur."
Sesampainya di dalam, semuanya sudah rapih dan tertata. Barang-barang hiasan serta perabotan pun sudah hampir lengkap semuanya. Jungwon tidak bisa mencerna dengan kepala bersih saat melihat fasilitas lapangan bola dan lapangan badminton yang benar-benar direalisasikan.
"Aku nggak heran, keluarga kamu gila semua," papar Jungwon mencoba bersikap biasa saja.
"Benar, aku aja heran sama keluargaku sendiri. Di dalam masih ada ruang teater, di belakang ada kolam renang," tambah Jay sembari membuka satu persatu pintu yang ada di rumah itu.
"Ah, ini kamar Jean. Menurut kamu kurang apa?"
"Warnanya udah cocok, biru. Aku suka, Jean juga suka." Jungwon mendorong stroller yang berisi Jean mengelilingi kamar itu.
"Sama kayak rumah sebelumnya. Kamar kita sama kamar Jean dihubungin sama pintu gini, jadi kalo Jean butuh apa-apa kita langsung sigap." Jay membuka pintu penghubung kamar keduanya.
"Nah, yang ini kamar kita. Kalau kamu kurang nyaman sama warnanya, biar aku ganti."
Kamar nuansa elegan yang didominasi warna grey ini langsung mencuri perhatian Jungwon begitu melihat dalam sakali tatap. Meski bukanlah warna kesukaannya, tapi Jungwon tetap menyukai warna yang Jay pilih. Apalagi balkon kamar ini langsung terhubung dengan kolam renang di lantai dasar.
"Bagus banget, aku suka!"
"Di lantai atas ada ruang teater sama ruangan khusus kamu kalau mau latihan taekwondo lagi. Sebenernya ini aku yang saranin ke Papa, soalnya dulu aku liat kamu itu nggak bisa dipisahin sama taekwondo." Jungwon menatap Jay dengan mata berembun, ternyata Jay sangat memikirkan tentang dirinya saat membangun rumah ini.
Mereka sekarang sedang melihat dapur dan ruang makan yang berdekatan.
"Ini emas?" tanya Jungwon saat melihat ukiran di meja makan.
"Ya, begitu.." Jay menggaruk tengkuknya.
Jay lanjut mengajak Jungwon ke bagian belakang rumah. Ada kolam renang yang dibangun atas desain dari Papanya. Alasan pertama mungkin karena Jay suka berenang, dan mungkin akan menurun juga pada anaknya.
"Besar banget, serius. Capek aku liat isinya." Jungwon mengeluh sedikit tentang ukuran rumahnya yang begitu besar, meski tidak sebesar rumah Mama Yoongi, hehe.
"Kamu mau langsung ke panti, atau kita mampir dulu ke mana gitu. Jalan-jalan."
"Bodyguard kamu masih ada di depan?"
"Iya, mereka hadang wartawan yang kekeuh masuk. Biasa, haus topik terbaru."
"Aku masih belum biasa dengan gaya hidup kamu yang begini." Jungwon berkata jujur. Hidup diliput kamera dan glamor bukanlah gayanya.
"Nanti juga terbiasa, sekarang ayo kita ke panti. Intinya hari ini punya kamu, aku ikut aja kamu mau kemana." Jay menyeret Jungwon keluar.
"Justru itu yang aku takutin, aku takut terbiasa dengan gaya hidup kamu yang hedonis," gumam Jungwon lirih.
~JENTAKA~
Enam chapter..
..menuju "epilog"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jentaka ; Jaywon (DIBUKUKAN)
Fanfiction"Denger, ya. Gue cuma mau anak itu yang mati, bukan lo." *** Jungwon Baskara, siswa kelas 2 SMA, anggota ekskul taekwondo yang mumpuni dari segi kepintaran, juga merupakan murid beasiswa. Sebuah kejadian saat acara study tour membuatnya terancam dik...