5 / Grace

4.3K 604 47
                                    

~JENTAKA~

Jungwon berani sumpah kalau baru kali ini dia makan dengan kondisi secanggung sekarang, tidak ada yang berani memulai obrolan untuk mencairkan suasana. Atmosfer di sekitarnya terasa hampa dan sesak, perseteruan antar dua kubu ini terus berlanjut meski dia sudah menikah dengan Jay.

Yap, minggu lalu mereka berdua sudah menikah secara sangat tertutup. Bahkan, dari perwakilan Jungwon hanya ada tiga orang, termasuk pengurus panti asuhan tempatnya dulu yang sudah Jungwon anggap seperti ayahnya sendiri.

Lalu ada Sunoo, sahabatnya. Serta satu orang lain yang merupakan kekasih Sunoo, namanya Niki. Jungwon tidak dekat dengan kekasih sahabatnya itu, tapi dia tahu kalau Niki orang baik.

Jungwon yakin kalau mereka berdua tidak akan membocorkan masalah ini ke pihak sekolah. Lagipula siapa yang mau memarahinya? Keluarga Jay adalah donatur terbesar di sana, kecil kemungkinan Jungwon akan dikeluarkan, tapi orang tua Jay sudah menyiapkan hal ini matang-matang. Jungwon akan home schooling saat usia kandungannya sudah menginjak umur enam bulan, atau setidaknya sampai perutnya membesar.

"Jay berangkat."

Jungwon mendongak, dia memperhatikan Jay yang mengambil tas dan pergi begitu saja. Kehadirannya bagai angin lalu, sama sekali tidak dipedulikan oleh lelaki itu. Dia tersenyum miris, lalu mengusap pelan perutnya yang masih datar.

"Jay! Seenggaknya ajak Jungwon untuk berangkat sama kamu!" Jimin bangkit dari duduknya, dia berteriak ke arah Jay yang hampir sampai pada pintu.

"Jay nggak mau anak sekolah curiga!" Setelah itu, tubuhnya menghilang dari pandangan tiga orang lain yang masih ada di meja makan.

Jimin menghela nafas, dia menatap Jungwon yang terlihat biasa saja. Pemuda itu bahkan masih lahap memakan roti yang ada di tangannya.

"Maafkan Jay. Dia memang begitu, mau Papa antar?"

Jungwon menggeleng dengan mulut yang penuh, segera dia menelan roti itu dan menjawab. "Jungwon bisa berangkat sama supir, nggak apa-apa."

"Benar nggak apa-apa?" Jimin memastikan.

Jungwon mengangguk, lalu menenteng tasnya di bahu. "Jungwon juga berangkat, ya."

"Tunggu." Yoongi menahan tangan Jungwon. Mudah baginya karena Jungwon duduk di sebelahnya.

Jungwon menoleh ke arah Yoongi dengan perasaan cemas, apalagi kali ini yang akan dilontarkan mulut pedas itu kepadanya?

"K-kenapa, Ma?"

Yoongi memanggil salah satu maid dengan nampan berisi susu putih di tangannya agar mendekat. Dia mengambil susu itu dan memberikannya ke Jungwon.

"Minum susu ini dulu, anak kamu butuh nutrisi lebih."

Jungwon menerima susu itu dengan gugup, dia meminumnya perlahan-lahan sampai habis seluruhnya. "Sudah."

Yoongi mengambil gelas bekas Jungwon dan berdiri, lalu menepuk-nepuk bahu pemuda itu. "Jaga anak kamu baik-baik."

Jungwon membalas ucapan Yoongi dengan senyuman manis, dia mengambil tangan Yoongi untuk ia cium sebelum berangkat ke sekolah.

"Tentu, karena anak ini anugrah tuhan untuk Jungwon."

***

Sesampainya di sekolah, Jungwon langsung menaruh tasnya di kursi dan duduk dengan tenang. Dia merogoh sakunya untuk mengambil ponsel yang baru dibelikan oleh Jimin kemarin. Dia mengutak-atik isinya, beruntungnya semalam Jungwon sudah memasukan segala akun sosial medianya ke ponsel ini. Jadi, sekarang Jungwon sudah bisa menggunakan ponsel itu seperti biasanya.

"Woahh ... Jungwon lo punya hape baru?" Jungwon menoleh ke arah Sunghoon yang ternyata memperhatikannya dari belakang.

Teman sekelasnya langsung menaruh atensi pada mereka berdua. Lebih tepatnya ke arah Jungwon yang sedang memegang ponsel mahal incaran mereka. Mereka langsung mengerubungi meja Jungwon.

"Gila, kita samaan hapenya, Won!" Jake berteriak girang, dia juga baru membeli ponsel itu kemarin lusa. Jake memang crazy rich, sebenarnya semua yang ada di kelas ini--minus Jungwon-- adalah orang kalangan atas, tapi sebagian dari mereka lebih memilih untuk berpura-pura sebagai orang biasa.

"Hape baru, kenalan!" Sunoo datang dan menempelkan ponselnya pada ponsel Jungwon, katanya sih kenalan.

"Kenalan juga, dong!" Yang lainnya juga berebut saling menempelkan ponselnya. Mereka orang kaya, tapi sayang sekali otak mereka tersumbat di telinga.

Jungwon menghela, dia menumpukan tangannya di atas meja untuk alas tidur. Meja di kelas ini tidak tergabung, duduk sendiri-sendiri seperti meja anak kuliah yang simpel.

Brakk!

Dia segera mengangkat kepala saat suara gebrakan itu terdengar nyaring dari arah sebelah, rupanya suara itu berasal dari tas yang dilempar. Jungwon menatap datar sang pelaku yang menatapnya sinis, tak lain dan tak bukan adalah Jay.

"Apa?" tanya Jungwon.

Jay mendekatkan wajahnya. "Mau lo itu apa sih?"

"Nggak jelas banget, sana pergi." Jungwon berkata sinis.

Jay mencengkram tangan Jungwon, pemuda meringis pelan. "Gara-gara lo, pagi ini gue muntahin semua makanan yang udah gue makan."

Jungwon mengernyit, dia melepaskan cekalan tangan Jay pada lengannya. "Terus urusan aku apa?"

"Ya jelas ini salah lo! Gue baca di google, kalau orang yang lagi hamil itu biasanya kena morning sickness, tapi bisa aja suaminya yang ngalamin."

Jungwon berpura-pura mengangguk. "Oh, bagus dong? Jadi kamu tahu gimana rasanya susah pas lagi hamil."

Jay mengeratkan kepalan tangannya di atas meja, dia kira Jungwon akan merasa bersalah dan meminta maaf padanya. Nyatanya pemuda itu justru senang kalau dia mengalami morning sickness.

"Sialan, sialan. Gue jadi nggak bisa nyebat, nyium bau rokok aja pengen muntah." Jay mengeluh, dia merasa ini adalah takdir yang kejam.

"Berarti Tuhan punya rencana bagus dengan hadirin anak ini di hidup kamu." Jungwon berkata sambil melihat anak-anak lain yang masih sibuk memperebutkan ponselnya di belakang. Takut kalau pembicaraan mereka terdengar oleh seseorang, itu akan menjadi masalah baru.

"Itu namanya bukan bagus, tapi nyusahin. Masih di perut aja udah banyak maunya, apalagi nanti kalo lahir?"

~JENTAKA~

Kok aku kesel sama karakter yang aku buat sendiri, ya? 🙏

Jentaka ; Jaywon (DIBUKUKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang