38 / Fake Contractions

2.6K 362 38
                                    

Thanks 20k pembacanya! 💘

~JENTAKA~

"Jungwon, bangun."

Jungwon menggeliat dan memiringkan tubuhnya membelakangi Jay. Matanya masih sangat berat, tubuhnya lelah seperti habis mengangkat beban berton-ton. Sangat malas untuk meladeni Jay dengan mata yang mengantuk.

"Uhh, Jay!"

Jungwon berontak saat Jay mulai menggelitik perutnya. Dia membuka matanya lebar-lebar dan mendorong bahu Jay agar berhenti.

"Jay, anak kamu kegelian itu!"

Jay menghentikan aksinya saat Jungwon mengatakan tentang anaknya, dia merebahkan tubuhnya di samping Jungwon dengan menjadikan tangannya sebagai alas.

"Kamu gangguin aku tidur, padahal aku ngantuk banget.." sungut Jungwon mengucek matanya.

"Jangan kebanyakan tidur, nggak bagus."

Jungwon merotasi mata malas dan duduk di tepian ranjang, diikuti Jay yang duduk di sebelahnya. Sempat hening sebentar karena Jungwon sedang memperhatikan box bayi yang justru ada di kamarnya.

"Kamu yang taruh itu di sini?"

Jay mengangguk, dia mengangkat bokongnya mendekatkan diri pada Jungwon.

"Iya, waktu Jean baru lahir, dia tidur satu kamar sama kita dulu. Kalau umurnya udah berapa bulan baru pakai kamar sebelah, kamu nggak keberatan kan?" tanya Jay sambil mengangkat kaki Jungwon agar berada di atas pahanya.

"Nggak sama sekali, kok. Justru aku juga maunya gitu, jadi kalau dia butuh apa-apa kita langsung sigap," jawab Jungwon membiarkan  Jay memijat kakinya. Suaminya itu sangat peka jika jari-jari kakinya membengkak. Tanpa Jungwon meminta pun Jay akan tetap memijat kakinya sepulang sekolah.

"Kaki kamu masih sering bengkak begini?" Jay mengoleskan krim pereda nyeri pada betis Jungwon dan kembali memijat.

"Iya, ditambah punggung aku sering banget sakit sekarang."

"Mau aku pijitin?"

Jungwon menggeleng dan menyingkirkan tangan Jay dari betisnya. Tidak enak hati harus menyuruh Jay melakukan ini-itu, padahal suaminya baru saja pulang sekolah.

"Nggak perlu. Kamu pasti capek sekolah. Kamu udah makan belum?"

Jay berdiri dan melepas seragam sekolah yang membalut tubuhnya. Dia hanya memakai dalaman kaus putih polos dan celana boxer hitam.

"Belum. Kamu juga belum makan, 'kan? Ayo keluar, kita bisa minta Bi Yuni masak lagi." Jay membantu Jungwon berdiri dan menuntun tangan Jungwon pergi ke dapur.

"Jay, tiba-tiba aku pengen kamu yang masak makan siangnya deh." Jungwon berkata saat dia duduk di salah satu kursi meja makan.

"Jangan ngaco kamu, aku mana bisa masak. Megang pisau aja gemeteran," ungkap Jay tertawa renyah.

"Ih, masak apa aja. Semuanya pasti aku makan, kok! Ini kemauan anak kamu, loh.. Masa kamu tega banget sama dia?" Jungwon memohon. Tangannya mengusap perutnya berulangkali.

"Nggak bisa, Jungwon. Aku takut malah ngeracunin kalian." Jay menolak dengan berbagai cara.

"Jay.. Masak telur juga nggak apa-apa!" Jungwon memaksa, sebenarnya ini kemauan dirinya juga. Dia tidak pernah melihat memasak, karena itu ini adalah saat yang sesuai.

"Telur nggak akan bikin aku keracunan, Jay.." tambah Jungwon meyakinkan.

"Oke, iya! Aku akan masak telur dadar buat kamu, tapi jangan salahin aku kalau rasanya campuran!"

Jentaka ; Jaywon (DIBUKUKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang