Demi keuntungan bersama, ayo tekan bintang di pojok kiri bawah lalu tekan kolom komentar dan ketikan beberapa kata untuk membangun cerita ini.
Terkhusus untuk kalian yang biasanya hate comments Dan yang memberikan kritikan menjatuhkan, aku tegaskan untuk tidak membaca cerita ini.
Dan maaf bila ada kesamaan nama, tokoh, alur, tempat kejadian, ataupun sifat dengan cerita lainnya, karena itu semua hanya ketidaksengajaan yang mungkin tidak aku sadari. Semoga paham.
Terima kasih. 🤗
"Apa yang sedang kau lakukan?""Tidak ada." beonya lalu menutup laptopnya.
"Kau! Berbohong, hutang penjelasan padaku."
Reyfan menatap jengah ke arah sepupunya itu. "Hutang apa yang kau maksud?" Bukanya menjawab dia malah melontarkan pertanyaan balik.
"Menurutmu?"
Reyfan tak menjawab dia hanya berdehem, saat ini reyfan sangat malas meladeni pertanyaannya tak berfaedah ini.
"Win, sudahlah kau tak usah bertanya seperti itu. Ingat niat awal kita ke sini. Untuk main! Bukan bertengkar." lerai Aldway kepada sang adik yang menatap reyfan dengan tatapan permusuhan, Aldway tak ingin ada perang ke 3 antara adiknya dengan sang sepupu.
Sudah cukup saja, di masa lalu yang membuatnya pusing Dengan pertengkaran mereka berdua, pasalnya mereka berdua jika di persatukan sama sama kuat. Sama sama keras kepala. Aldway saja sampai frustasi dengan mereka, untung saja Xavier waktu itu datang tepat waktu untuk memisahkan mereka. Jika tidak aldway tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada mereka berdua.
Seputar tentang Xavier, Xavier adalah kakak sepupunya, bisa di bilang anak dari zavier ayah kandung Reyfan. Dia kak sulung reyfan. Yang terkenal sangat tegas, siapa pun akan di buat tunduk padanya termasuk mereka berdua siapa lagi kalau bukan reyfan dan win.
"Reyfan! win! Berhenti saling bertukar tatap seperti itu Ingat, kalian itu saudara! Bukan musuh. Jadi aku minta pada kalian sudahi sinyal itu, kamu juga!" Jedanya menunjuk ke arah kembarannya.
"Kau sebenarnya kembaran ku, bukan? Kenapa sifat mu denganku sangat berbeda! sudahi tatapanmu itu." titah aldway pada win.
"Tak usah membawa kata kembar, saudariku! Sampai kapan pun dirimu dan diriku tetap berbeda. Muka boleh mirip untuk sifat? Bukanya sudah jelas aku dan kamu, kita berbeda. Cangkam itu." ujar win sedikit menaikan volume suaranya. Dia sengaja menekan kata kita.
"Apapun itu. Aku tetap kakakmu! Tolong hormati diriku sebagai seorang kakak, aku tak peduli mau kau seperti apa yang terpenting bagiku, kau mengganggap diriku seorang kakak itu juga sudah lebih dari cukup!" Geramnya pada sang adik. Pasalnya win sama sekali tak pernah menghormati dirinya sebagai seorang kakak bahkan win tak pernah memanggilnya dengan embel embel sebutan kakak atau Abang.
KAMU SEDANG MEMBACA
the revenge of a psychopath
Mystery / ThrillerSeorang psychopath yang mencoba memecahkan kasus pembunuhan yang terkait satu sama lain, dan sesuatu yang memicu ingatan yang dia pikirkan akan hilang selamanya. Dan terobsesi oleh seorang gadis, tentunya tidak akan mudah dia lepaskan begitu saja. S...