15. KECEWA

142 20 4
                                    

Demi keuntungan bersama, ayo tekan bintang di pojok kiri bawah lalu tekan kolom komentar dan ketikan beberapa kata untuk membangun cerita ini.

Terkhusus untuk kalian yang biasanya hate comments Dan yang memberikan kritikan menjatuhkan, aku tegaskan untuk tidak membaca cerita ini.

Dan maaf bila ada kesamaan nama, tokoh, alur, tempat kejadian, ataupun sifat dengan cerita lainnya, karena itu semua hanya ketidaksengajaan yang mungkin tidak aku sadari. Semoga paham.

Terima kasih. 🤗

Sherly duduk sendiri di atas ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sherly duduk sendiri di atas ranjang. Kepalanya telungkup di sela kakinya. Setelah kejadian tadi, Sherly lebih banyak melamun, air matanya sudah mulai mengering, kepalanya mulai terasa pusing. akibat terlalu banyak menangis.

"Kenapa tuhan.. engkau, menghukum ku, dengan cara seperti ini." monolog Sherly sendiri seakan ada yang akan menjawab.

Kamar ini cenderung gelap, hanya ada sinar rembulan yang menerobos masuk melalui kaca. Sherly berjalan ke arah kaca besar yang tertutup gorden besar berwarna hitam itu tangan lentiknya membuka sedikit gorden itu lalu melihat pemandangan.

Ternyata di luar sana sedang hujan. Sherly menyentuh jendela kaca yang penuh dengan rintik hujan yang membasahinya, terasa dingin di telapak tangannya saat menyentuh kaca itu.

Sherly menumpukkan kepalanya di kaca itu sambil melamun dan tidak lama dia tersenyum tipis.

Tiba-tiba Sherly merasakan hangat di tubuhnya ternyata sebuah selimut pembungkus tubuhnya dengan ditambah lengan kekar yang memeluknya dari belakang. Embusan di cekuk lehernya meyakinkan bahwa yang memeluknya tak lain adalah Reyfan.

"Kenapa di sini? Dingin sayang." bisik Reyfan mengecup leher Sherly.

Hening.

Gadis itu menghiraukan penuturan Reyfan pria itu tidak peduli tidak ingin berbicara kepadanya, marah sementara tak masalah menurutnya.

Reyfan sedikit menurunkan baju tidur Sherly sampai ke bahu, bibirnya menelusuri bahu mulus Sherly, gadis itu mengabaikan kelakuan Reyfan. Dia terus menatap ke arah luar kaca.

"Kita akan menikah besok sayang, apa kamu senang?" Reyfan menempelkan pipinya dengan pipi tembem milik Sherly.

Sherly mengangguk sebagai respon.

"Aku tak suka dengan bahasa isyarat, sayang."

Sherly menoleh ke arah reyfan.
"Apakah ini tidak terlalu cepat?" Tanya Sherly dengan nada sedikit takut.

Reyfan meraih tangan Sherly lalu mengecupnya.
"Tentu saja, tidak. Aku sudah menanti ini sejak lama."

"Kenapa kau sangat menginginkan diriku?"

the revenge of a psychopath Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang